Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak menyatakan ada pendarahan pada bagian leher almarhum Allya Siska Nadya (33). Hal tersebut diperoleh dari hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik Polda Metro Jaya.
"Autopsi pada kasus AS itu ditemukan resapan darah pada otot-otot dan jaringan lunak pada bagian leher depan ke bawah. Jadi didapatkan adanya pendarahan di leher bagian atas," ujar Musyafak dalam keterangan pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (13/1).
Musyafak menjelaskan pendarahan tersebut berada di bagian pendarahan terjadi pada area servikal satu dan dua. Resapan darah juga diketahui ditemukan pada cekungan tulang selangka leher Allya. Selain itu, resapan darah juga ditemukan pada leher bagian belakang, tepatnya di area servikal datu dan dua, sampai batas bawah leher Allya.
Tim forensik juga menemukan resapan darah paling hitam di bagian leher sebelah kanan Allya. Bagain tersebut kata Musyafak adalah bagian yang terdapat jaringan arteri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian ditemukan resapan darah pada otot dada sebelah kanan. Mulai tulang selangka sampai tulang iga ke tujuh dari depan dan samping," ujar Musyafak.
Musyafak mengungkapkan hasil autopsi tersebut resapan darah yang ada di beberapa bagaian tubuh Allya menunjukkan adanya pendarahan yang cukup luas.
"Namun pelaksanaan ini (kondisi jenazah) sudah lima bulan lebih dikubur," ujar Musyafak.
Sementara itu, Musyafak mengatakan ada kemungkinan besar kematian Allya disebabkan oleh akibat adanya pendarahan tersebut. Menurut Musyafak, pendarahan tersebut merangsang titik syaraf yang berada di kanan dan kiri leher Allya.
"Titik syaraf tersebut fungsinya mengontrol tekanan darah. Tertekan, terangsang dan sebagainya akan menurunkan atau terjadinya hipotensi," ujar Musyafak.
Musyafak mengatakan salah satu bentuk adanya gangguan titik syaraf bagian leher Allya adalah adanya kejadian di mana Allya mengalami koma sebelum meninggal.
"Adanya pendarahan itu menekan batang otak juga bisa menyebabkan koma. Ini saya sampaikan baru kemungkinan-kemungkinan terjadinya koma karena adanya pendarahan," ujar Musyafak.
Sebelumnya, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dan Tim Dokes Polda Metro Jaya melakukan autopsi terhadap jenazah Allya. Autopsi dilakukan dari pukul 07.30 WIB sampai Pukul 13.00 WIB di makam Allya yang terletak di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta.
Allya mengembuskan napas terakhir diduga setelah melakukan terapi di Chiropractic First, Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, Rabu (6/8) tahun lalu. Saat itu, dokter yang menangani terapi Allya adalah dr Randall.
Allya ditawarkan untuk melakukan terapi selama dua kali dalam sehari karena pada pertengahan Agustus tahun lalu akan pergi ke Perancis untuk melanjutkan pendidikan master.
Allya yang merasa sakit pada bagian leher belakang mengikuti saran dr Randall. Namun bukannya sembuh, Allya justru merasakan sakit yang luar biasa pada malam hari setelah melakukan terapi.
Allya lantas dibawa oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, untuk mendapat penanganan medis. Namun nahas, beberapa jam kemudian Allya dinyatakan meninggal dunia oleh pihak RS.
Orang tuanya yang merasa janggal akan kematian anakanya lantas melaporkannya ke Polda Metro Jaya.
(bag)