Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Forum Panti Asuhan Nasional Yanto Mulya Pibiyanto mengatakan panti asuhan rentan dimanfaatkan jaringan teroris untuk perekrutan. Oleh karena itu, dia mengimbau agar pengelola panti untuk lebih waspada dan melakukan antisipasi dini atas masuknya teroris.
“Situasi beberapa panti asuhan yang tertutup dari pihak luar atau masyarakat sangat rentan dipergunakan jaringan teroris untuk melakukan konsolidasi dan kegiatan di panti asuhan,” kata Yanto berdasarkan pernyataan yang diterima CNN Indonesia, Jumat (15/1).
Yanto menjelaskan terdapat faktor potensial yang membuat panti asuhan dijadikan pintu masuk teroris, seperti misalnya menawarkan pengasuh anak, bantuan sosial dan bentuk-bentuk lain. Hal itu, katanya, tidak disadari oleh pengelola panti sehingga jaringan teroris menyusup ke dalam panti asuhan.
Lebih jauh, panti asuhan, katanya, juga merupakan sasaran potensial teroris karena anak-anak di panti asuhan merupakan anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan pengasuhan langsung dari orang tua kandungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Situasi seperti ini dimanfaatkan jaringan teroris untuk doktrin dan anak-anak ikut program yang dirancang jaringan teroris tersebut,” kata Yanto.
Yanto mencontohkan salah satunya seperti yang dilakukan terduga teroris Used atau Said yang mendatangi Masjid Panti Asuhan Dapur Yatim di Kampung Kerenceng Desa Bojong Malaka, Bale Endah, Kabupaten Bandung.
Panti tersebut, ujar Yanto, merupakan panti Tanfidz Al-Qur'an yang berpotensi pendidikannya diselewengkan pemahamannya oleh Said.
Pada Selasa (12/1) lalu, beberapa hari sebelum ledakan Thamrin terjadi, Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap Said, yang diduga terlibat jaringan ISIS, di Panti Asuhan Dapur Yatim Baleendah Kabupaten Bandung.
Atas kejadian itu, kata Yanto, Forum Panti Asuhan Nasional mengajak Dinas Sosial Kabupaten Bandung ke lokasi kejadian dan meminta pihak panti untuk melakukan antisipasi dan deteksi dini persoalan rawannya panti sebagai tempat perekrutan anggota teroris.
"Kami juga mengimbau sebanyak 8000 panti asuhan di Indonesia untuk melakukan antisipasi dini dengan melakukan sosialisasi penanggulangan terorisme agar kejadian ini tidak terjadi lagi," kata Yanto.
Lebih jauh, Yanto mengatakan perwakilan panti asuhan se-Indonesia menegaskan penolakannya terhadap masuknya jaringan teroris ke panti asuhan dan menjadikan anak asuh sebagai anggota teroris. Hal itu akan disampaikan dalam pertemuan panti asuhan se-Indonesia di Lombok pada akhir Januari ini.