Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat terorisme dari media Arrahmah, Muhammad Jibriel Abdul Rahman, menilai Muhammad Bahrun Naim bukan dalang teror di Jakarta. Ia justru menduga dalang dibalik teror tersebut adalah Santoso atau Aman Abdurrahman.
Santoso adalah pemimpin kelompok teroris di Poso yang selama ini menyebut dirinya amir Mujahidin Indonesia Timur. Sementara Aman adalah terpidana terorisme yang kini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
"Beliau (Bahrun Naim) bukan dalang pelaku teror di Thamrin,” kata Jibriel kepada CNNIndonesia.com kemarin.
Jibriel mengaku tahu Bahrun Naim melalui perdebatan soal ISIS yang melibatkan Bahrun. Ia mengenal Bahrun sebagai sosok menghormati orang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini penegak hukum menyebut ISIS ada di belakang teror di Jakarta pekan lalu. Jibriel mengatakan, Bahrun juga selama ini sudah tak memiliki hubungan dengan Aman Abdurahman, sosok yang kerap disebut sebagai amir ISIS Asia Tenggara.
Jika memang ISIS ada di belakang teror yang menewaskan delapan orang itu, maka Jibriel menduga otaknya adalah Santoso atau Aman.
“Bisa saja orang suruhan Santoso yang mengklaim sebagai amir Mujahidin Indonesia Timur otak intelektualnya. Bisa juga Aman Abdurhman. Intinya otak pelaku adalah orang yang senang dengan teori konspirasi,” kata Jibriel.
Tokoh intelektual tragedi tersebut menurutnya masih berada di Indonesia.
Dugaan JIbriel mengarah ke Santoso salah satunya didasarkan pada ancaman pria yang kerap dipanggil Abu Wardah tersebut di Facebook beberapa waktu lalu.
Penilaiannya Jibriel juga didasarkan dari aksi kelima pelaku teror di lapangan. Terlihat ketika melakukan aksi Afif Cs tidak melakukkan persiapan secara matang. Artinya, polisi kata dia masih perlu membuktikan apakah memang benar bahwa Bahrun otak pelaku.
Sebelumnya Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyebut Bahrun adalah otak teror di Jakarta. Bahrun punya pengaruh pada kelompok Teror di Jawa dan Sulawesi.
Serangan dilakukan karena ada imbauan dari pimpinan tertinggi ISIS untuk menggelar operasi di luar Irak dan Suriah. Tito juga menyebut serangan dilancarkan Bahrun karena keinginannya untuk menjadin pemimpin ISIS di Asia Tenggara.
Ada semacam persaingan di internal ISIS di regional Asia Tenggara untuk menjadi pemimpin. "Terjadi rivalitas leadership. di Filipina sudah dideclare cabangnya mereka, di Filipina Selatan. Jadi antar para tokoh ini ingin bersaing menjadi leadership," kata Tito.
(sur)