Oknum di Negara Selatan Aliri Dana Pelaku Teror Thamrin

Resty Armenia | CNN Indonesia
Senin, 18 Jan 2016 17:12 WIB
Selain ditransfer ke rekening bank di Indonesia, oknum ini juga diduga mengirimkan dana kepada seseorang berinisial H.
Suasana Usai Ledakan Bom di Thamrin. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan M Yusuf mengungkapkan bahwa seorang oknum yang berdomisili di sebuah negara di bagian selatan Indonesia mengirim dana kepada pelaku teror pengeboman dan penembakan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

Yusuf menjelaskan, pihaknya menemukan adanya aliran dana dari luar negeri yang diberikan oleh seorang oknum di negeri tetangga di daerah selatan Indonesia yang ditransfer ke rekening bank miliknya dan milik istrinya di Indonesia. Oknum ini mendapatkan sumber dana dari banyak negara, termasuk negara-negara di Timur Tengah.

"Dan di antara uang itu, ada yang dikirim ke yayasan. Nah konteks yayasan itu kami tidak clear, apakah sedekah atau bantuan. Dari yayasan dikirim kepada oknum yang berangkat ke daerah konflik," ujar Yusuf di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (18/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain ditransfer ke rekening bank di Indonesia, papar Yusuf, oknum ini juga diduga mengirimkan dana kepada seseorang berinisial H. Ia menuturkan, setelah dikonsultasikan ke Detasemen Khusus 88, ia menemukan fakta bahwa H mengirimkan uang kepada pemasok senjata di Filipina.

"Jadi omongan Menkopolhukam (Luhut Binsar Pandjaitan mengenai adanya pasokan senjata teroris didapat dari daerah Mindanao, Filipina) itu linked dengan apa yang kami temukan," katanya.
Yusuf menyebutkan, oknum pengirim uang mengucurkan dana yang nilainya di bawah Rp10 juta yang diduga untuk memberikan ongkos kepada oknum lain yang akan berangkat ke daerah konflik.

"Tapi kalau pada inisial H itu puluhan juta rupiah juga. Konteksnya untuk membeli senjata, cuma yang sulit itu mereka kan sempat memakai cash, jadi enggak sempat transfer," ujarnya.
Menurut Yusuf, transaksi dengan uang tunai inilah yang sulit dilacak. Oleh karenanya, ia berharap agar ada regulasi pengawasan temuan uang tunai dan pembatasan transaksi uang tunai.

Yusuf pun menekankan agar setiap pemberi jasa keuangan, termasuk jasa pengiriman uang bisa lebih ketat menjalankan prinsip Know Your Customer (KYC) pada pelanggan. Dengan begitu, ucapnya, maka penggunaan uang untuk hal yang tidak resmi bisa dicegah sejak dini.

"Yang transfer itu kelihatan terbatas, tapi tarik tunai kan banyak. Jadi dia punya rekening banyak, terus banyak ambil cash. Kasih pada siapa cash itu, diberikan itu, susah mengawasinya, salah satu cara dengan memperketat KYC, jadi (bisa diketahui) customer-nya, siapa orangnya," katanya.

Yusuf masih enggan menyebutkan nama negara di bagian selatan Indonesia yang menjadi asal aliran dana tersebut. Yang jelas, tuturnya, hanya satu negara yang rekening banknya diketahui mengalirkan duit dari beberapa sumber untuk membiayai teror di Thamrin beberapa hari lalu. Transaksi aliran dana tersebut mulai dilakukan pada Juni 2015. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER