Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur Brigadir Jenderal E. Widya Sunaryo meminta semua kepala kepolisian resor untuk bersiaga satu guna mencegah masuknya berbagai hal yang potensial menjadi aksi terorisme di wilayah tersebut. Sebabnya, dia menilai NTT bisa menjadi pintu masuknya terorisme.
"Semua Kapolres sudah saya minta untuk Siaga 1 menghadapi berbagai aksi terorisme pascaledakan bom di Thamrin pada Kamis pekan lalu," kata Widya di Kupang, Selasa (19/1).
Dia mengatakan saat ini pihaknya sudah melakukan patroli serta razia kendaraan bermotor yang lebih dikhususkan di perbatasan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Razia tersebut, ujarnya, merupakan upaya untuk mencegah masuknya kelompok-kelompok radikal serta sejenisnya yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di provinsi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk razia, Widya mengatakan tidak dilakukan sendiri, melainkan juga turut melibatkan Tentara Nasional Indonesia.
"Semua polres juga diharapkan untuk selalu siaga dan melakukan hal sama demi menjaga keamanan wilayahnya," ujarnya.
Sementara itu ditemui secara terpisah, Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigadir Jenderal TNI Heri Wiranto mengatakan patroli bersama tersebut dilakukan di titik-titik rawan mulai dari bandara, pelabuhan, serta wilayah perbatasan dan perbelanjaan yang merupakan pusat keramaian.
"Hal ini akan berjalan terus dan setiap malam kami apel untuk melakukan operasi malam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Dia mengatakan NTT bisa menjadi daerah titik masuknya teroris atau sejenisnya sehingga dia mengharapkan masyarakat ikut mewaspadai hal tersebut.
"Pintu-pintu masuk akan kami jaga ketat," katanya.
Sebelumnya, pengamat teroris dari Universitas Indonesia Ridwan Habib menyatakan wilayah luar pulau Jawa seperti Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi menjadi daerah yang menjadi basis jaringan pro ISIS.
Jaringan pro ISIS sendiri mengaku telah bertanggungjawab atas insiden peledakan dan aksi teror di Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu. Aksi teror tersebut diduga diotaki oleh Bahrun Naim, warga Pekalongan yang kini bergabung dengan jaringan pro ISIS dan menetap di Raqaa, Suriah.
(antara)