Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebut, korban sipil dalam aksi teroris di Jakarta beberapa waktu lalu adalah salah sasaran. Sasaran sebenarnya kelompok radikal menurut Badrodin adalah tempat berbau asing dan anggota kepolisian.
"Kalau memang sasarannya masyarakat sipil tentu bisa lebih banyak korban dari masyarakat sipil, tapi ini tidak. Yang terbanyak Polri," kata Badrodin saat memberikan santunan kepada keluarga korban bom Thamrin di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/1).
Badrodin mengatakan, ada empat orang anggota Polri yang menjadi korban serangan teror dan seorang lagi terkena bom. Sementara masyarakat sipil yang tewas saat peristiwa itu tiga orang.
Rentetan kejadian itu, kata Badrodin, menunjukkan dengan jelas siapa yang target para teroris, yaitu warga negara asing dan polisi. Dia menjelaskan, bom yang diledakkan pertama kali di kedia kopi Starbucks di mana terdapat pengunjung warga negara asing. Bom kedua meledak di pos polisi lalu lintas. Sedangkan warga sipil hanya menjadi korban salah tembak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Dari sasaran ini jelas almarhum (sipil) tidak menjadi sasaran langsung dari tembakan teroris ini," kata Badrodin di hadapan keluarga korban.
Acara silaturahmi itu dihadiri oleh tiga keluarga korban, di antaranya keluarga Sugito, Rico Hermawan, dan Rais Karna.
Badrodin menyampaikan rasa belasungkawa dan rasa penyesalan atas peristiwa tersebut. Sebab, masalah keamanan di tengah masyarakat menjadi tanggung jawab Polri.
"Kami akan memberikan santunan kepada keluarga korban. Ini rasa prihatin kami kepada almarhum dan keluarga yang terkena musibah," katanya.
Dia berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi. Dia mengatakan, perlu ada penambahan aktivitas dan kekuatan dari yang ada saat ini untuk mengantisipasi kasus terorisme.
Perwakilan keluarga Sugito, Lutfi Lesmana menyampaikan terima kasih atas kerja keras Polri dalam menangani serangan teror di Thamrin pekan lalu. Meski sempat muncul opini buruk terhadap Sugito yang sempat diduga sebagai pelaku teror, namun hal itu langsung diklirkan oleh polisi.
"Beliau (Sugito) adalah kepala keluarga yang semasa hidupnya giat mencari nafkah untuk keluarga, kebutulan saat itu ada di waktu dan tempat yang tidak tepat," ujar Lutfi.
(sur/sur)