Sidney Jones: Ada Simbiosis Mutualisme Napi Narkotik-Teroris

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Jumat, 22 Jan 2016 19:50 WIB
Pengamat terorisme Sidney Jones menyebut ada beberapa kemungkinan mengapa napi narkotik dan teroris saling berhubungan. Salah satunya, perlindungan di penjara.
Terpidana mati narkotik Freddy Budiman. (CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat terorisme dari International Crisis Group (ICG) Sidney Jones menyebutkan terdapat hubungan saling memanfaatkan antara narapidana narkoba dan teroris. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak napi narkoba yang akhirnya bergabung dengan jaringan radikal di penjara.

"Ada beberapa kemungkinan mengapa napi narkotik dan teroris saling berhubungan di dalam penjara. Salah satunya, perlindungan di penjara," kata Sidney saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (22/1).
Bentuk perlindungan itu, ujar Sidney, adalah karena narapidana teroris memiliki status cukup tinggi dalam penjara. Mereka, katanya, dilihat sesama napi sebagai orang yang paling berani (untuk mati).

"Jadi, napi biasa takut dan terintimidasi sama napi-napi teroris ini dan dengan demikian mendekati mereka," kata Sidney.
Selain kemungkinan itu, Sidney melihat banyak narapidana teroris yang mendapatkan uang dan barang-barang. Sehingga ketika bergabung dengan mereka, napi-napi lain bisa ikut mendapatkan 'saham' dari barang-barang tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, ditanyai pendapatnya mengenai gembong narkoba yang berbaiat ke jaringan napi pro Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Sidney mengatakan napi narkoba bisa didoktrin oleh kelompok napi radikal ini. Bahwa, bergabung dengan mereka merupakan satu-satunya cara untuk bertobat atas dosa-dosa yang dilakukan.

"Apalagi narkoba. Oleh karena itu, napi narkoba sengaja dikeruk napi teroris karena dilihat sebagai orang yang terbiasa dengan kekerasan," ujar Sidney.

Karena terbiasa dengan kekerasan, para napi teroris ini, kata Sidney, melihat bahwa napi narkoba bisa diyakinkan kekayaan mereka, yang diraih dengan cara berjualan narkoba, bisa diarahkan ke operasi jihad. "Untuk penebusan dosa itu," ujarnya.
Bagi gembong narkoba yang bersangkutan, ujarnya, mendekat ke napi teroris bisa memberikan pengawalan atas mereka di dalam penjara.

Sebelumnya, sumber CNNIndonesia.com menyebutkan Freddy Budiman yang menjadi otak pengiriman 1,4 juta pil ekstasi dari Tiongkok, bergabung dengan ISIS.

Freddy dicokok setelah anak buahnya tertangkap Badan Narkotika Nasional ketika hendak menyelundupkan ekstasi. Namun ironisnya, usai ditangkap Freddy masih bisa mengelola bisnis narkotiknya dari dalam Penjara Cipinang. 

Narkotik yang dikelola olehnya tersebut adalah CC4. Terungkap belakangan, anak buah Freddy menyulap sebuah pabrik konveksi di Cengkareng, Jakarta Barat, menjadi pabrik narkotik berkapasitas tinggi untuk memasok kebutuhan sindikatnya. Freddy pun divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat atas dakwaan menjadi otak penyelundupan.
Kepala BNPT Saud Usman Nasution mengatakan pihaknya sedang mendalami informasi Freddy bergabung dengan ISIS.

Selain BNPT, Mabes Polri juga menyebutkan sedang menyelidiki dugaan keterkaitan Freddy dengan ISIS. Kadiv Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menduga adanya kemungkinan aliran dana narkoba yang dipegang Freddy ikut disumbangkan untuk mendukung kegiatan ISIS. 

"Itu bisa saja, karena mereka menghalalkan segala cara. Semua masih dalam penyelidikan," kata Anton.
(utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER