Jakarta, CNN Indonesia -- Yayat Supriatna, anggota tim pengacara Jessica Kumala Wongso membantah bahwa kliennya sempat bekerja di salah satu perusahaan kimia saat berada di Australia.
Menurut Yayat, isu sianida yang dipakai untuk membunuh Wayan Mirna Salihin diperoleh saat bekerja di pabrik kimia adalah hal yang tidak benar.
Namun, Yayat enggan menjelaskan soal pekerjaan apa yang pernah digeluti oleh Jessica semasa masih di Australia. Ia hanya menyampaikan bahwa Jessica beraktivitas layaknya remaja pada umumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Yayat mengklaim bahwa Jessica tidak terkait dengan kematian Mirna. Oleh karena itu, pihak kuasa hukum akan mempersiapkan strategi untuk membebaskan Jessica dari jeratan hukum.
"Ya tentu itu strategi pembelaan nanti, nggak boleh diungkap dong ya," kata Yayat di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (1/2).
Sementara itu, Ayah mendiang Mirna, Darmawan Salihin juga menyatakan tidak mengetahui latar belakang Jessica saat di Australia. Ia hanya mengetahui bahwa Jessica merupakan teman dari kedua anaknya, Miran dan Sendy Salihin, yang juga berkuliah di Australia.
Darmawan juga mengaku tidak mengtahui latar belakang keluarga Jessica. Ia mengaku baru mengenal Jessica ketika Mirna dilarikan ke rumah sakit usai mengalami kolaps akibat sianida yang terkandung di kopi yang diminumnya.
"Katanya punya pabrik plastik, katanya. Katanya saya juga tidak tahu," ujar Darmawan.
Jessica dan Mirna merupakan teman sekampus di Billy Blue College of Design, Sydney, Australia. Jessica adalah lulusan jurusan desain grafis kampus itu.
Jessica tinggal di Australia sejak 2008. Kepolisian menyebut Jessica jarang kembali ke Indonesia karena orang tuanya pun menetap di Australia sejak 2005.
Jessica pulang ke Indonesia, 5 Desember 2015, untuk mencari pekerjaan. Sejak itu, ia menjalin komunikasi dengan Mirna dan Hani dan sepakat untuk bertemu.
Pertemuan pertama Jesssica dan Mirna di Indonesia terjadi 12 Desember 2015. Saat itu Mirna mengajak suaminya untuk bertemu Jessica di sebuah restoran.
Pertemuan pertama itu berlanjut ke pertemuan kedua yang berlangsung di Restoran Olivier.
Olivier, menurut Jessica, merupakan tempat yang ditentukan oleh Mirna. Sepulangnya dari Australia, Jessica mengaku tidak mengetahui banyak lokasi kopi darat di Jakarta.
Pada pertemuan kedua di Restoran Olivier, Jessica tiba dua jam lebih awal dari waktu yang ditentukan. Kepolisian mencatat, Jessica lantas memesankan es kopi Vietnam sesuai permintaan Mirna, dan cocktail serta fashioned fazerac untuk dia dan Hani.
Es kopi vietnam yang ia pesan ternyata menewaskan Mirna. Hasil uji laboratorium forensik Mabes Polri menunjukkan, kopi itu dibubuhi tiga gram racun sianida, dosis yang dapat menewaskan lima orang sekaligus.
(sur)