Jakarta, CNN Indonesia -- Proyek saluran atau kanal banjir yang melintas di tengah kota Jakarta memang ditujukan untuk mengurangi potensi banjir saat musim penghujan.
Kanal Banjir Barat, yang dibangun tahun 1920-an, dibuat pertama kali dengan Pintu Air Manggarai sebagai kawasan hulu dan Muara Angke sebagai hilir.
Meski dibuat untuk mencegah banjir, ternyata genangan air saat musim hujan masih sering terjadi. Salah satunya di wilayah Kelurahan Grogol.
Icang (44), warga Jalan Semeru Raya, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, mengaku tempat tinggalnya masih saja terendam banjir setiap kali hujan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah tempat tinggalnya yang diapit Kanal Banjir Barat, Waduk Grogol, dan Kali Latumenten itu bagaikan mangkuk yang menadah air hujan. Icang menyebut genangan yang terjadi cukup parah.
"Banjir Kanal Barat memang enggak pernah meluap. Kalau di sini banjir dari Kali Latumenten atau air di wilayah Jelambar sudah naik," kata Icang saat ditemui CNNIndonesia.com, Rabu (20/1).
Saat banjir, ketinggian air di wilayahnya dapat mencapai 2 meter. Pria yang tinggal di Jakarta sejak tahun 1970 ini mengatakan, banjir terparah terjadi pada tahun 2002 saat siklus banjir lima tahunan menyergap Jakarta.
Terbiasa waspada menghadapi banjir, Icang mengatakan, lingkungan tempat tinggalnya telah menggerakan sistem keamanan keliling untuk mengantisipasi warga kaget jika didatangi banjir pada malam hari.
"Sekarang enggak terlalu parah, karena waduk dibersihin terus, pompanya jalan. Jam 10 pagi bisa banjir sampai dada, turun sebetis jam 4 sore. Nanti jam 5 sore sudah semata kaki," kata Icang.
Lain halnya dengan Sutoyo (53) warga Jalan Semeru Raya lainnya malah menyebut banjir parah tetap terjadi meski sudah ada pompa. Seperti yang diungkapkan Sutoyo, pemilik rumah makan di permukiman padat penduduk itu.
"Banjirnya sedada di luar, di dalam bisa seperut. Pompa ada tapi sama juga tetap banjir," ujar Sutoyo.
Selama 10 tahun tinggal di wilayah Semeru, Sutoyo mengaku tak pernah absen terkena banjir. Dia pun pasrah karena tidak berpikiran untuk pindah. "Pikir pindah kemana, ya susah juga," ujarnya.
(meg/meg)