Koswara Kurir Ganja Berkenalan dengan ISIS Lewat Penjara

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Selasa, 02 Feb 2016 08:43 WIB
Masjid Baiturrahman di Penjara Cipinang jadi saksi bisu perkenalan Koswara dengan kelompok radikal. Seorang ustaz mengubah namanya jadi Jack sebagai samaran.
Terdakwa simpatisan ISIS Engkos Koswara saat disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Koswara, terdakwa kasus terorisme bakal menghadapi tuntutan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat hari ini, Selasa (2/2). Koswara alias Ibnu Abdullah alias Abu Hanifah, sebelum mendekam di penjara karena didakwa kasus terorisme, sesungguhnya sudah pernah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta, pada tahun 2007 karena terjerat kasus narkotik.

Semula Koswara memang kurir ganja, bukan teroris. Kala itu sebagai kurir ganja, dia dijatuhi hukuman pidana lima tahun enam bulan penjara. Di penjara itulah hidup Koswara berubah.

Masjid Baiturrahman di Penjara Cipinang menjadi saksi bisu. Di dalam masjid itu, Koswara biasa ikut pengajian. Di sanalah dia mulai mendalami ilmu agama. Di situ pula Koswara berkenalan dengan kelompok militan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Yang mengisi pengajiannya dari Koordinator Dakwah Islam, sebagian dari ikhwan-ikhwan yang waktu itu mujahidin. Mereka ditahan karena kasus terorisme,” kata Koswara dalam persidangan sebelumnya di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis pekan lalu.

Beberapa ustaz yang bertugas mengisi kajian di masjid itu, menurut Koswara, ialah Abu Tholut, Tohir, dan Ismail. Jadwal pengajian di masjid itu rutin berlangsung seminggu sekali. Para ustaz menyampaikan materi secara bergiliran.

Materi yang diajarkan beragam, termasuk soal jihad. Pemahaman tentang jihad yang dipetik Koswara pun versi para ustaz tersebut.

“Jihad yang saya tangkap dari mereka ialah mengerahkan seluruh kemampuan untuk menegakkan kalimat Allah,” kata Koswara.

Selain berkenalan dengan kelompok garis keras di dalam penjara, Koswara juga membuka jaringan dengan kelompok yang ada di luar penjara. Oleh Abdul Rauf, dia dikenalkan kepada Ustaz Dani yang memiliki hubungan dengan Abu Bakar Ba’asyir. Perkenalan itu melalui sambungan telepon.
Begitu bebas dari penjara, Koswara tetap menjaga jaringan tersebut. Dia menyambangi Ustaz Dani yang tinggal sekampung dengannya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Lelaki tamatan Sekolah Dasar itu pun pernah mengikuti program Al Islam yang secara khusus membahas ilmu penegakan syariah.

Koswara juga sempat berguru ke Cianjur. Di sana dia berkawan dengan kelompok radikal Gerakan Reformis Islam (Garis). Bersama Ketua Umum Garis Cep Hernawan, Koswara diajak Dani membesuk Abu Bakar Ba’asyir di LP Nusakambangan.

Sejak saat itu, keterlibatan Koswara dengan jaringan ISIS makin intens.

“Saya dijanjikan, selain mendapat uang, juga diberikan ongkos gratis ke sana (Suriah) sama Ustaz Dani. Jadi saya tertarik. Saya membantu memberangkatkan rombongan ke Suriah,” kata Koswara.

Ustaz Dani mengajari Koswara cara memesan tiket secara online. Koswara bertugas memesan tiket pesawat bagi orang-orang yang ingin berangkat ke Suriah. Mereka berangkat melalui Turki. Ada 36 orang yang dia berangkatkan.

“Yang saya tahu, mereka mengatakan mau hijrah. Mereka hijrah kepada satu kelompok yang sudah mendeklarasikan dirinya sebagai Khilafah. Itu kata mereka,” ujar Koswara.

Menurut Koswara, sebanyak 36 orang yang ia bantu pesankan tiket ke Suriah, berangkat menggunakan uang pribadi. Bahkan, kata Koswara, ada simpatisan yang rela menjual rumah dan menghabiskan uang pensiun demi berangkat ke Suriah.

“Mereka memiliki pemahaman bahwasanya ketika sudah hijrah di Khilafah, di suatu tempat yang sudah sah, maka tidak perlu kembali. Makanya mereka jual semua (barang),” kata Koswara.
Ada dua orang yang diurus keberangkatannya secara langsung oleh Koswara, yaitu Agustian dan Rafik. Mereka menyerahkan uang tunai masing-masing Rp150 juta.

Ustaz Dani memberi Koswara fasilitas telepon genggam beserta memori 64 GB dan laptop untuk operasional. Koswara juga diberi uang Rp3 juta untuk biaya kontrakan. Bagi Koswara, pekerjaan barunya itu cukup membantu ekonominya sehari-hari.

“Setelah keluar dari LP, saya memang tidak punya pekerjaan. Waktu itu saya berpikir ini pekerjaan yang halal. Saya bisa dapat uang dari situ. Narkoba haram, saya sudah tidak mau lagi terlibat narkoba," kata Koswara.

Koswara diminta Dani menjaga amanah. Sebelum memulai pekerjaannya itu, Koswara disumpah untuk tidak mengambil uang tiket perjalanan ke Suriah. Dia juga dilarang membongkar rahasia.

“Apakah yang dimaksud amanah ini rahasia, ya mungkin saja,” tutur Koswara.

Dani mengganti nama panggilan Koswara menjadi Jack. Panggilan itu sebagai kode. Jika ada orang yang memanggilnya Jack, Koswara sudah paham asalnya. Orang itu pasti utusan Dani.

Koswara juga memiliki nama samaran lain di luar Jack, antara lain Abu Hanifah dan Abu Kembar. Nama-nama alias itu, kata Koswara, diambil dari nama anaknya.

“Kalau alias itu, saya dipanggil Abu Kembar karena anak saya kembar. Ikhwan di kalangan kami seperti itu. Semua dipanggil atas nama anak-anaknya,” ujar Koswara.

Koswara sering mengikuti daurah atau forum kajian di sejumlah tempat. Salah satu penyelenggara kegiatan itu, kata Koswara, adalah Bulan Sabit Merah. Menurutnya, mereka juga menggalang dana saat pengajian berlangsung.

Selain mendengarkan ceramah, forum itu juga memutar rekaman video mengenai situasi konflik di Suriah. Usai menonton film, Koswara tergerak membantu korban. Selama di penjara, dia hanya mendengar kisah tentang Suriah dari ustaz, belum pernah menontonnya langsung.
Sambil mengaji, Koswara juga berdagang. Biasanya saat pengajian dimulai, Koswara menutup sementara dagangannya dan bergabung dengan forum itu.

Koswara juga mengikuti deklarasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia, 6 Juli 2014. Saat itu deklarasi dilakukan di kampus Universitas Islam Negeri Ciputat, Tangerang Selatan. Deklarasi itu dibungkus dengan kegiatan tablig akbar.

Tuah Febriwansyah atau Muhammad Fachry bertindak sebagai pembicara. Dia menyampaikan kondisi terkini mengenai umat Islam di dunia, termasuk di Suriah. “Perkembangan umat Islam di dunia sudah semakin dekat dengan apa yang dijanjikan,” kata Koswara mengingat materi saat itu.

Pada akhir acara, salah satu panitia meminta seluruh peserta berdiri. Sekitar 1.500 orang dibaiat. Mereka disumpah agar setia mengikuti pemimpin ISIS di Irak, Abu Bakar Al Baghdadi.

“Sebelumnya, di undangan tidak ada (tertulis) pembaitan khusus. Undangannya hanya buka puasa bersama dengan membahas perkembangan dunia Islam dan khilafah. Pembaiatan itu terakhir, tidak ada satu orang pun yang tidak ikut baiat,” kata Koswara.

Selain di UIN, dia juga pernah mengikuti deklarasi dukungan terhadap ISIS di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Ketika itu bentuk kegiatannya berupa pawai.

Koswara mengaku tidak pernah berangkat ke Suriah selama ini. Namun dia diduga terlibat membantu memfasilitasi orang-orang yang ingin bergabung dengan ISIS di perbatasan Suriah.

Hari ini, Koswara akan mendengarkan tuntutan jaksa penuntut. Jika dahulu dia didakwa atas kasus narkotik, kini Koswara didakwa melanggar Undang-Undang Pemberantasan Terorisme.
(obs/agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER