Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sesungguhnya hanyalah korban. Oleh karena itu, ia menilai pendekatan terhadap warga yang merupakan eks anggota Gafatar harus penuh empati dan tanpa kekerasan.
"Gafatar tidak bisa disamaratakan. Ada yang memiliki ideologi yang sangat kuat terhadap keyakinan ini. Adapula yang hanya operator, jadi dia bukan pemikirnya melainkan bertugas menyebarluaskan paham ini. Dan terakhir adalah pengikutnya yang kami maknai sebagai korban," kata Lukman seusai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (2/2).
Lukman mengatakan hingga saat ini pemerintah masih dalam tahap pemulangan warga eks anggota Gafatar. Ia mengimbau kepada masyarakat setempat agar mau menerima mereka.
"Sementara bagi warga eks anggota Gafatar, kami imbau agar bisa berbaur dengan masyarakat setempat. Harapan kami tentunya masyarakat sekitar mau menerima sehingga mereka bisa menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri," kata Lukman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukman mengatakan pihaknya akan melakukan pembinaan keagamaan bagi warga yang merupakan eks anggota Gafatar tersebut. Ia mengatakan pihaknya akan menggunakan pendekatan dialog dalam mengajarkan keyakinan yang dinilai benar oleh pemerintah.
Rakor hari ini dihadiri sejumlah menteri, antara lain Menko PMK Puan Maharani, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menag Lukman Hakim, Mensos Khofifah Indar Parawansa, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani sebelumnya mengatakan pemerintah daerah (pemda) harus mempercepat penjemputan warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di daerah asalnya.
Selain itu, Puan menyatakan pemda juga harus memastikan kehidupan sosial warga eks Gafatar di daerah asal mereka supaya bisa bersosialisasi dengan baik dengan warga setempat.
Puan mengatakan sejauh ini terdapat 5.764 warga eks Gafatar dari Kalimantan Barat yang ditampung, di antaranya berada di Jakarta sebanyak 3.004 orang, Semarang sebanyak 1.752 orang, Surabaya sejumlah 727 orang, dan Makassar sejumlah 281 orang.
(pit)