Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Budi Waseso menyebut kemungkinan adanya pembiayaan aksi teror di Indonesia yang berasal dari hasil penjualan narkotik.
Namun, Budi mengatakan, kebenaran atas hal tersebut membutuhkan penelusuran dan pembuktian lebih lanjut. BNN kini tengah mendalami relasi dua kejahatan tersebut.
"Namanya juga narkoba, itu menghasilkan dana besar. Dana itu bisa dipakai apa saja termasuk membiayai terorisme," kata Budi di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (4/2).
Menanggapi informasi bergabungnya terpidana mati kasus narkotik Freddy Budiman ke dalam Negara Islam di Irak dan Suriah, Budi berkata, institusinya masih melakukan pendalaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kan baru informasi, perlu pendalaman dan sekarang sedang dilakukan penjajakan," ujarnya.
Budi tak menampik jika Freddy disebut masih mampu mengendalikan jaringan peredaran narkoba meski sudah mendekam di lembaga pemasyarakatan.
Oleh karenanya, Budi merasa BNN, Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan perlu membangun komitmen bersama untuk menangani hal tersebut.
"Kondisi demikian harus ditangani tidak hanya oleh BNN, karena itu wilayah dari Dirjen Lapas atau Kemenkumham juga," ucap Budi.
Freddy yang kini menunggu eksekusi matinya, menurut sumber CNNIndonesia.com, bergabung dengan ISIS sejak tahun lalu.
Freddy ditangkap karena kedapatan menyelundupkan 1,4 juta pil ekstasi dari Tiongkok.
Dia kemudian mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Satu tahun kemudian, Freddy akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat atas dakwaan menjadi otak penyelundupan.
Freddy kemudian dipindahkan ke Lapas Nusakambangan. Namun, kemudian Freddy ketahuan masih menjalankan bisnis narkotiknya. Bisnis itu dilakukan dari dalam penjara Cipinang.
(sur)