Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengubah pencanangan enam proyek jalan tol dalam kota menjadi proyek pembangunan enam ruas jalan arteri layang.
Ahok, sapaan Basuki, menyatakan keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan bahwa Jakarta lebih butuh jalan arteri daripada jalan tol dalam kota untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota.
"Jadi Jakarta tak lagi mengarahkan ke pembangunan jalan tol, yang akan kami bangun adalah jalan arteri layang," kata Basuki saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (16/2).
Ahok menjelaskan selama ini Jakarta termasuk daerah dengan jumlah arteri layang yang sangat minim. Hal itu juga dianggap sebagai alasan proyek tol berubah menjadi arteri layang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambah lagi, kata Ahok, selama ini pembebasan lahan untuk jalan tol dilakukan pemerintah pusat. Namun untuk sekarang, pemerintah pusat akan mengucurkan dana pembangunan langsung ke daerah-daerah.
"Jadi kami saja yang kerjakan, nanti kami cari cara bagaimana formatnya karena bisa saja kami berikan ke kontraktor untuk membangun dan kami tinggal beli," kata Ahok.
Sayangnya, Ahok mengungkapkan surat yang dikirim Pemprov DKI kepada kementerian terkait untuk pengambilalihan proyek tersebut belum ditanggapi sama sekali. Sebagai catatan, proyek tol dalam kota tersebut rencananya akan membutuhkan pengalokasian dana hingga Rp 42 triliun.
Sebelumnya pemerintah pusat turut membantu pembebasan lahan pembangunan ruas tol Semanan-Sunter dan Sunter-Pulo Gebang yang memiliki panjang 20,2 kilometer dan 9,4 kilometer.
Kedua ruas tol tersebut merupakan bagian dari rencana Pemprov DKI Jakarta yang hendak menambah jumlah ruas jalan tol dalam kota sebanyak 6 jalur hingga 2018 mendatang.
Keempat ruas tol dalam kota yang akan dibangun adalah jalan tol tujuan Duri Pulo-Kampung Melayu, Kemayoran-Kampung Melayu, Ulujami-Tanah Abang, dan Pasar Minggu-Casablanca. Total, proyek pembangunan enam ruas jalan tol tersebut akan memakan dana sekitar Rp 41 triliun.
(gil)