Jakarta, CNN Indonesia -- Gemerlap hiburan malam di kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, tak lagi bergeliat. Deretan diskotek, kafe dan karaoke yang ada di kawasan itu tak lagi menunjukkan aktivitas rutinnya, sejak berkembangnya wacana penggusuran kawasan Kalijodo. Padahal perputaran uang di lokasi itu bernilai fantastis, sekitar Rp 1-1,5 miliar per hari tiap akhir pekan.
"Saya tidak tahu berapa nilai perputaran tiap hari kerja," kata Lurah Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Maskur, Rabu (17/2/2016).
Tanda-tanda kehidupan malam Kalijodo biasa terlihat sejak sore sekitar pukul 16.00. Menginjak pukul itu, biasanya pekerja bergegas merapihkan tempat hiburan. Sedangkan jam buka tempat hiburan berbeda-beda, ada yang sudah buka mulai pukul 17.00 atau selepas Isya, dan berakhir serentak pada pukul 04.00.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia, Rabu (17/2/2016) sejak sore hingga malam beberapa tempat hiburan tak menunjukan kegiatannya.
“Banyak para pemilik yang takut kena masalah,” kata seorang penjaga keamanan, Saleh. Selain itu, kata Saleh, rencana penggusuran ini otomatis membuat para pengunjung turun drastis.
Kondisi ini dikeluhkan para pemilik bisnis hiburan. Salah satunya, Suryana, yang mengklaim sudah berinvestasi sekitar Rp 3-5 miliar untuk membangun tiga tempat hiburan. Sebuah bar yang diberi nama Sari Ayu Kafe baru saja dibangun dua pekan lalu.
“Saya belum balik modal, bakal rugi besar apabila kawasan ini digusur,” kata Suryana.
Dua tempat hiburan lainnya, kata Suryana, dia bangun sejak tiga tahun lalu. “Saya modal nekad, sebelumnya saya bekerja di sini sejak 2010,” kata dia.
Menurut Suryana, dalam sehari dia menangguk keuntungan sekitar Rp 3 juta untuk satu tempat hiburan. Dari tiga tempat hiburan dia memperkerjakan 18 orang.
Jumlah tempat hiburan di kawasan Kalijodo, kata Maskur, mencapai sekitar 60-an. Tempat hiburan berderet dalam bangunan rumah toko. Sebagian besar tempat hiburan ini memiliki lantai lebih dari dua.
Di lantai satu digunakan untuk kegiatan karaoke, diskotek atau minum. Sedangkan di bagian atasnya merupakan kamar-kamar yang disediakan untuk kegiatan pelacuran.
Suryana mengakui bahwa di tempat hiburannya ada 20 perempuan yang bergabung sebagai Pekerja Seks Komersil. Tarif pelacur di kawasan itu bervariasi, kata salah seorang pelanggan, antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.
Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi para pengelola pelacuran mengeruk keuntungan di kawasan tersebut. "Sudah banyak yang mapan dari profesi yang mereka geluti di sini," kata Rustam.
Sumber bisnis lainnya di kawasan Kalijodo yang cukup signifikan adalah penjualan bir. Di kawasan ini, hampir seluruh pelosok kawasan menjual bir, termasuk warung di pinggir jalan.
Menurut Bejo, nama samaran, salah satu pelayan kafe, di Kalijodo satu botol bir dijual Rp50 ribu. Keuntungannya sekitar Rp15 ribu per botol dari harga normal. Dengan adanya ratusan tempat hiburan, dalam keadaan normal kemungkinan peredaran minuman seribu botol dalam sepekan.
Redupnya bisnis hiburan malam menyerembet ke usaha lain. Seorang karyawan parkir, Bambang, bukan nama sebenarnya mengatakan ditutupnya tempat hiburan malam membuat omset hilang dan membuatnya rugi.
Dalam sehari, pengelola parkir, kata Bambang, memperoleh omset sekitar Rp 1-2 juta. “Tak ada pelanggan, pemasukan pun hilang,” kata Bambang.
Kawasan Kalijodo pernah terkenal sebagai tempat perjudian. Data jumlah perputaran uang di kawasan Kalijodo ini pernah diungkapkan oleh Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti.
Krishna membuat penelitian yang tertuang dalam buku berjudul Geger Kalijodo yang terbit pada 2004. Dia menyebutkan jumlah perputaran uang dari perjudian di kawasan itu sekitar Rp500 juta per malam.
Warga Kalijodo mengklaim tak ada lagi bisnis perjudian di lokasi itu. Daeng Abu Bakar (67), salah satu warga senior di kawasan tersebut menyebutkan bisnis itu dimusnahkan kala kepolisian negara dipimpin Jenderal Sutanto.
(yul)