Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan preman Kalijodo Abdul Aziz alias Daeng Aziz memiliki tiga kafe di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara. Beberapa bangunan milik Azis menyebar di Kalijodo, di antaranya di Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara.
"Dia punya banyak bangunan. Dari data Pajak Bumi Bangunan dia memiliki 8 bidang bangunan,” kata Lurah Pejagalan, Maskur, ditemui di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, Kamis (18/2/2016).
Salah satu kafe yang dimiliki Aziz adalah Kafe Intan. Bangunan kafe itu salah satu yang mencolok, terlihat lebih besar di bandingkan kafe lainnya. Lokasinya pun di daerah strategis, letaknya berdampingan dengan Jalan Kepanduan II.
Menurut salah satu warga Koh Akiong, bukan nama sebenarnya, masyarakat sekitar mengetahui bahwa Aziz sebagai pemilik Kafe Intan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kafe Intan yang paling besar itu punya Daeng Aziz. Kalau tidak salah itu satu tempat dengan rumah," kata Akiong. Akiong menyatakan tidak mengetahui kafe lain yang dimiliki Aziz di Kalijodo.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia Kamis siang, Kafe Intan terlihat sepi. Tak tampak aktivitas di lokasi itu. Tak ada satu orang pun yang bisa ditemui di area sekitar Kafe Intan.
Pintu-pintu tempat hiburan itu pun telah tertutup rapat. Tampak surat peringatan pertama (SP I) telah terpampang di kaca bagian depan kafe tersebut.
Sementara itu, beberapa kafe lainnya tampak berbenah. Sebagian kafe mulai memindahkan berbagai barang. Beberapa gerobak terlihat lalu lalang mengangkut sound system dari kafe-kafe di Kalijodo.
Daeng Aziz disebut-sebut sebagai penguasa kawasan Kalijodo. Dia merupakan pemimpin kelompok asal Bugis, Makassar. Selain Bugis, di Kalijodo ada dua kelompok besar lainnya yakni Mandar dan Banten.
Direktur Kriminal Umum, Komisaris Besar Krishna Murti dalam buku Geger Kalijodo yang terbit tahun 2004, menceritakan sepak terjang preman di Kalijodo. Para preman ini menguasai bisnis perjudian yang nilainya sekitar Rp500 juta per malam.
Di buku itu Krishna bercerita pernah ditodong pistol oleh preman yang dia samarkan dengan sebutan Bedul. Belakangan, setelah ramai rencana penggusuran Kalijodo, Krishna menjelaskan bahwa Bedul adalah Daeng Aziz.
Menurut salah seorang tokoh senior di Kalijodo, Daeng Abu Bakar (67), Azis memiliki peran besar dalam bisnis hiburan malam di kawasan itu. Pada 1990an, Azis merupakan salah satu penguasa bisnis perjudian Kalijodo.
Bisnis perjudian ini pernah menimbulkan perang antar gank pada 2001. Saat perang terjadi, adik Aziz terbunuh oleh kelompok lain.
"Waktu itu kelompok Mandar ini perang pakai bom molotov. Karena kalah saat itu akhirnya (kelompok) Mandar terusir dari sini," ujar Abu.
Empat tahun berlalu pasca perang kelompok, pemusnahan bisnis judi di Kalijodo pun dilakukan aparat kepolisian. Pemusnahan judi di Kalijodo disebut terjadi kala kepolisian negara dipimpin Jenderal Sutanto.
"Setelah disikat perjudian di sini, mereka pergi akhirnya," ujar Abu.
(yul)