Polisi Tewas karena Cuaca Buruk Saat Kejar Teroris Santoso

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2016 14:17 WIB
Ajun Komisaris Fredi Manuhutu tewas karena kondisi kesehatannya menurun saat mengejar gembong teroris Santoso di pegununan di wilayah Poso.
Seorang anggota Brimob kembali tewas saat mengejar teroris Santoso. (ANTARA FOTO/Zainuddin MN)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang polisi kembali tewas saat mengejar gembong teroris Santoso alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah. Namun, kali ini, polisi tewas bukan karena ditembak namun karena kondisi cuaca yang buruk.

Kepala Korps Brigade Mobil Brigadir Jenderal Murad Ismail, Jumat (19/2), mengatakan cuaca buruk membuat kondisi tubuh polisi bernama Ajun Komisaris Fredi Manuhutu itu menurun.

"Dia (Fredi) meninggal karena asam lambung tinggi. Di puncak dingin dan kesehatannya drop," kata Murad di Markas Besar Polri, Jakarta.

Hingga hari ini, kata Murad, anggota Polri yang lain masih mencoba mengevakuasi Fredi dari pegunungan. Upaya evakuasi sebenarnya sudah dilakukan sejak kemarin menggunakan helikopter, namun cuaca buruk menggagalkan upaya tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Murad mengatakan Fredi sebenarnya dalam keadaan sehat. Hanya saja, dia menduga, kondisi tubuhnya menurun karena mendaki gunung terlalu tinggi dalam keadaan cuaca buruk.

"Di Poso gunung itu berlapis-lapis, tidak seperti Aceh. Anggota saya yang paling lama di puncak itu 14 hari karena bawa makanannya 14 hari, berat. Lalu bawa pakaian dan senjata, coba seberat itu mengejar orang," kata Murad.

Hingga kini polisi masih belum juga berhasil menyentuh Santoso. Buronan yang diduga bertanggung jawab atas serangkaian penyerangan terhadap anggota Polri itu bersembunyi di Gunung Biru, Tamanjeka, Poso.

Tahun lalu, Polri menggelar empat jilid operasi dengan sandi Camar Maleo untuk mengejar pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia Timur itu. Setelah operasi itu dinyatakan berakhir, kini Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menggelar operasi Tinombala dan menargetkan Santoso ditangkap dalam 60 hari.

Murad mengatakan anak buah Santoso sebenarnya sering masuk ke perkampungan untuk memantau keadaan. Namun, sulit untuk membedakannya dari warga sipil karena mereka menggunakan pakaian sipil.

"Jadi warga ini juga terancam, kalau ada warga yang dekat polisi dibunuh juga," kata Murad. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER