Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat Jawa Barat yang berasal dari suku Sunda diduga bukan menjadi aktor pemicu maraknya pelanggaran hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di kawasan tersebut hingga saat ini.
Menurut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, masyarakat Sunda sebenarnya merupakan manusia yang toleran. Namun, sifat tersebut dapat berubah ketika ada pengaruh dari aktor luar terhadap masyarakat Sunda.
"Secara esensial masyarakat Sunda sangat toleran. Justru intoleran itu karena adanya infiltrasi beberapa kalangan, baik terdidik maupun tidak, yang memberi pengaruh cukup luas kepada masyarakat, kelompok, pemimpin di daerah masing-masing," kata Dedi di Jakarta, Selasa (23/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi yakin tokoh gerakan-gerakan intoleran di Jawa Barat bukan berasal dari masyarakat Sunda. Namun, karena kemampuan mereka dalam mempengaruhi psikologis masyarakat cukup besar, maka pelanggaran KBB pun masih marak terjadi di kawasan Jawa Barat sampai saat ini.
"Karena alasan psikologis seringkali pemimpin daerah mengikuti keinginan beberapa kalangan tersebut. Masyarakat Sunda juga banyak jadi pengikut gerakan intoleran itu. Makanya negara harus punya sikap tegas untuk tidak berkompromi terhadap kelompok yang membawa paham intoleran," katanya.
Berdasarkan catatan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, terdapat 20 pelanggaran hak KBB yang dilaporkan kepada lembaga tersebut dari wilayah Jawa Barat sepanjang 2015 lalu.
Catatan Komnas HAM serupa dengan data milik lembaga nonprofit The Wahid Institute. Berdasarkan data lembaga itu, ada 46 pelanggaran hak KBB yang terjadi di Jawa Barat tahun lalu.
Menurut Direktur The Wahid Institute Yenny Zannuba Wahid, maraknya pelanggaran hak KBB di Jawa Barat terjadi karena masifnya pertumbuhan kelompok-kelompok intoleran di sana. Kelompok-kelompok tersebut diyakini menjadi aktor utama pelaku pelanggaran hak KBB di Jawa Barat.
(obs)