Jakarta, CNN Indonesia -- Keruntuhan kawasan prostitusi Kalijodo, Jakarta Utara membawa rezeki tambahan bagi beberapa orang. Puing-puing bangunan yang masih berserakan di sepanjang Jalan Kepanduan II, Jakarta Utara dan Jakarta Barat menjadi incaran para pengumpul puing.
Haris (19), seorang warga kawasan Bandengan Utara, Jakarta Utara, mengumpulkan puing, besi, serta kayu dari reruntuhan bangunan di Kalijodo.
"Banyak orang ke sini mau ambil besi. Lumayan kalau dijual harganya, Rp1.500 per kilogram," kata Haris kepada CNNIndonesia.com, Selasa (1/3/2016).
Berdasarkan pantauan, kawasan eks Kalijodo pagi ini memang dipenuhi dengan para pengumpul puing bangunan. Mereka datang ke sana membawa gerobak dan mobil bak terbuka untuk mengangkut sisa reruntuhan bangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengumpul puing yang membawa gerobak dapat membawa besi hingga 30 kilogram dalam sekali angkut. Nantinya, besi dan puing-puing yang terkumpul akan mereka jual ke pengumpul besi, puing, dan kayu.
Di sekitar kawasan eks Kalijodo memang terdapat banyak pengumpul puing bangunan. Berdasarkan penuturan salah satu penjaga warung di Jalan Bandengan Utara, para penadah besi dan kayu di kawasan tersebut banyak berasal dari Madura dan Jawa Barat.
"Di sini ramai pemulung memang. Nanti mereka mengumpulkan bisa mendapatkan ratusan ribu (rupiah) per hari bila ada pembongkaran," ujar penjaga warung yang enggan menyebutkan namanya.
Duka dari KalijodoKebahagiaan Haris dan para pengumpul puing bangunan berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh warga eks Kalijodo.
Syarif (56), salah satu warga eks Kalijodo, menuturkan bahwa dirinya hingga saat ini masih menumpang tidur di kediaman keluarganya setelah rumah yang ia miliki hancur oleh serbuan eskavator, Senin kemarin.
Pria asal Jawa Timur itu memang tidak mendaftar untuk menempati rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk warga eks Kalijodo. Kesulitan akses untuk bekerja menjadi alasan bagi Syarif untuk menolak tawaran Pemprov DKI Jakarta tersebut.
"Kalau ke rusun mah jauh. Gimana kerjanya nanti, ongkos lagi buat kerja jadi berat kan. Mending saya ngungsi ke kontrakan keponakan dulu deh sekarang," kata Syarif.
Syarif mengaku saat ini ia terpaksa tidur berhimpitan dengan para keluarga dan keponakannya. Namun, ayah dari satu anak itu telah memiliki niat untuk pulang ke kampung istrinya setelah segala urusan pekerjaannya rampung di ibu kota.
"Ya nanti mah saya memang mau mudik aja lah ke Semarang. Istri sih sudah pulang duluan ke sana. Sekarang tinggal saya sama anak saya yang di Jakarta, nanti menyusul," ujarnya.
(yul)