Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Jenderal Pemasyarakat Kementerian Hukum dan HAM I Wayan Dusak meminta Kepala Lembaga Pemasyarakatan Pontianak untuk mengetatkan pengendalian terhadap narapidana yang memberontak. Sikap ini diambil menyusul protes para napi dengan membakar alas tidur pada Sabtu malam (5/3) saat sidak.
"Saya ingin kepala lapas harus bisa mengendalikan lapasnya. Yang sekarang kan penghuni mengendalikan lapas," kata Wayan ketika dihubungi CNN Indonesia, Minggu (6/3).
Menurutnya, jika kepala lapas bisa mengendalikan seluruh penghuni maka keterbatasan sipir dan sumber daya manusia lainnya tak menjadi masalah. LP Pontianak dihuni sekitar 742 napi, terdiri dari napi hukuman mati dua orang, seumur hidup 11 orang, dan 40 tahanan orang asing. Dengan jumlah tersebut, pemerintah hanya menempatkan lima orang sipir untuk menjaga lapas tiap regunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan soal banyak atau sedikit petugas, tapi kalau bisa optimalkan SDM dan menguasai aturan yang ditetapkan kepala lapas, pasti bisa dikendalikan," ujarnya.
Wayan ingin menguatkan kapasitas dan ketrampilan dari tiap kepala lapas. Untuk itu, dirinya juga akan turun langsung ke sejumlah lapas.
"Memang saya belum sempat ke Kalimantan Barat. Di sana ada masalah spesifik seperti kemarin ada komplen penahanan, salah nama, ada yang pembebasan bersyarat dicabut, dan lainnya," ucapnya.
Masalah tersebut pun menuai aksi pembakaran. "Mereka sangat sensitif kalau ada petugas ke dalam. Setelah demo dengan membakar di blok, itu menarik perhatian. Mereka menuntut tidak didiskriminasi untuk napi narkotika berkaitan dengan PP 99/2012," katanya.
Peraturan tersebut terkait dengan remisi dan pembebasan bersyarat untuk narapidana khusus seperti narkotika. Mereka yang mendapat pembebasan bersyarat atau remisi dapat ditarik kembali ke dalam lapas jika ternyata masih menjalani proses hukum untuk perkara pidana lainnya.
Sebelumnya, Menkumham Yasonna H Laoly dibantu oleh ratusan anggota Brimob Kepolisian Daerah Kalbar bersenjata lengkap menyidak LP Pontianak sekitar pukul 22.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 23.30 WIB itu. Sidak disambut aksi protes napi dengan memukul-mukul pintu sel sehingga terjadi keributan, melemparkan barang-barang, serta membakar barang.
"Saat penggerebekan ditemukan charger, korek, ponsel, ikat pinggang. Mungkin saja di antara korek itu mereka sembunyikan digunakan untuk membakar. Ini baru pertama kali pembakaran tapi tahun 2006, pernah ada demo di rutan berkaitan dengan pemindahan kepala rutan," katanya.
(yul)