Ratusan Titik Panas Susul Pembakaran Hutan

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Minggu, 13 Mar 2016 18:46 WIB
Titik panas terbanyak berada di Riau dan Kalimantan Timur. BNPB menganalisis, cuaca kering di dua provinsi tersebut menjadi penyebab banyaknya karhutla.
Regu Pemadam Kebakaran (RPK) Sinarmas menyemprotkan air ke arah hutan dan lahan (karhutla) di kawasan gambut yang terbakar dalam upaya pemadaman api yang menghanguskan sedikitnya 60 hektar hutan dan lahan di Desa Buruk Bakul, Bengkalis, Riau, Jumat (13/2). Cuaca panas disertai tiupan angin kencang membuat regu pemadam kebakaran kesulitan memadamkan api dikawasan tersebut. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana mendeteksi 151 titik panas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebar di sejumlah pulau, pada pukul 5.00 WIB, Minggu (13/3).

Mengutip data yang terpantau oleh Satelit Modis Sensor Terra Aqua milik Amerika Serikat, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan titik panas tersebut berada di Kalimantan, Sulawesi,dan Sumatera.

"Penyebab karhutla tetap sama, yaitu akibat kecerobohan dan pembakaran. Artinya sengaja dibakar," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sutopo menyesalkan temuan itu. Menurutnya, titik panas yang menandai adanya karhutla itu terbukti tidak hanya merusak hutan dan lahan. "Orang utan, satwa langka yang dilindungi pun ikut terbakar," tuturnya.

Sutopo mengatakan sebanyak 76 titik terdeteksi di Kalimantan Timur, Riau (45), Aceh (11), Kalimantan Utara (7), Sulawesi Tengah (2), Gorontalo (2), Sulawesi Selatan (2) dan satu titik, masing-masing di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Maluku Utara dan Jawa Timur.

Secara rinci, titik panas yang tersebar di Riau berada Bengkalis (16), Indragiri Hulu (2), Kepulauwan Meranti (20), Pelalawan (4), Rokan Hilir (1) dan Siak (2).

Di Kalimantan Timur, sembilan titik panas terdapat di Kabupaten Berau, Kutai Kartanegara (16), Kutai Timur (50) dan Bontang (1).

"Kondisi cuaca di Riau dan Kalimantan Timur kering. Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang," kata Sutopo.
Kemarau yang terjadi pada periode kedua yang menyongsong pada Juli hingga September diprediksinya akan lebih kering daripada periode pertama.

"Kondisi air sumur dan air permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api," kata Sutopo.

Sutopo mengatakan, karhutla di Riau dan Kalimantan Timur sebenarnya sudah berlangsung hampir tiga minggu dengan jumlah titik panas yang fluktuatif.

Jumlah titik panas di Kalimantan Timur, kata Sutopo, kali ini lebih banyak daripada daerah lain di Indonesia. Sutopo menyebut peristiwa ini sebagai anomali karena karhutla di Kalimantan Timur biasanya relatif lebih sedikit dibandingkan daerah lain.
(abm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER