Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Mulya menyatakan, sebutan Neo Jemaah Islamiyah hanya sebutan polisi saja. Polisi menurut Harits hanya mencari istilah untuk mempermudah gambaran sebuah kelompok yang dituding melakukan aksi teror.
Harits menduga, sebutan itu muncul karena ada anak-anak muda yang saat ini jadi simpatisan ISIS, dulu pernah bersama Abu Bakar Baasyir di Jemaah Islamiyah atau di Jemaah Ansorut Tauhid.
"Itu hanya untuk memudahkan polisi saja," kata Harits.
Ia menduga, tidak ada organisasi JI tersebut secara spesifik. Meski begitu, Harits mengakui bahwa masih ada kelompok anak muda yang secara sporadis melancarkan aksi teror dengan target petugas keamanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dalam organisasi JI sendiri, orang-orang yang ada di dalamnya tidak memiliki orientasi melakukan aksi teror. "Mereka (JI) tidak akan terpancing dalam situasi, mereka juga tidak akan balas dendam meski beberapa elemen mereka ditangkap," kata Harits.
Sebelumnya Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan, ada organisasi yang diberi nama Neo Jemaah Islamiyah di Indonesia. Organisasi ini, kata Anton, lebih militan dibandingkan ISIS.
"Mereka organisasinya lebih terstruktur," kata Anton.
Organisasi ini menurutnya adalah bentuk baru dari Jemaah Islamiyah yang terlibat dalam serangan bom Bali, 2002 silam. Namun, dia enggan mengatakan siapa yang jadi pemimpin kelompok tersebut saat ini.
Sisa-sisa Jamaah Islamiyah, kata Anton, merekrut pemuda untuk jadi anggota mereka. Para pemuda itulah yang saat ini mengisi struktur organisasi Neo JI.
Dalam sisi persenjataan, kata Anton, Neo JI juga lebih lengkap. Hal tersebut terbukti dari bunker yang ditemukan di Bantul, 2014 lalu. Saat ini, kata dia, Polri masih mencari bunker lainnya yang digunakan untuk menyembunyikan sisa senjata mereka.
(sur)