Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Alghiffari Aqsa menyebutkan dua alasan memayungi festival Belok Kiri hari ini, Sabtu (19/3). Alasan pertama, karena kebebasan berekspresi dan berpendapat di Indonesia berada dalam keadaan darurat.
"Banyak kelompok yang intoleran dan tidak menghargai kebebasan berekpresi. LBH melihat, kondisi ini memprihatinkan," kata Alghiffari Aqsa di Gedung LBH Jakarta hari ini.
Dia menuturkan, banyak penolakan penyelenggaran diskusi terkait pemikiran kiri atau progresif. Larangan juga diberikan apabila diskusi bertema LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dan keagamaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Alghiffari, larangan dan penolakan itu akan membahayakan kemajuan pemikiran dan kebudayaan Indonesia apabila terus terjadi. "Ini bahaya bagi Indonesia. Hak dasar seorang manusia berpikir dihalangi aparat intoleran dan diamini negara," ucap dia.
Alasan kedua, LBH ingin menjadi rumah bagi pejuang keadilan sosial seperti saat orde baru menuju reformasi. "LBH dianggap lokomotif demokrasi saat itu. Ini momen LBH kembali jadi rumah yang aman bagi seluruh aktivis," tututrnya.
Dia juga mengimbau kepada lembaga dan komisi, seperti Komnas HAM, Komnas Perempun, agar berani memfasilitasi acara gerakan memperjuangkan keadilan sosial.
Sebelumnya, festival Belok Kiri batal diselenggarakan. Pada 27 Februari, penyelenggaraan festival Belokkiri di Taman Ismail Marzuki batal dilakukan karena disebut tak mengantongi izin.
Festival Belok Kiri di LBH Jakarta diawali diskusi "Apa itu Islam Progresif?" pada pukul 12.30 WIB. Festival dilanjutkan pemutaran Film Pulau Buru Tanah Air Beta yang sempat mengalami penundaan saat pertama kali diputar, dan diskusi "Media Sosial Sebagai Senjata".
(rdk)