Jakarta, CNN Indonesia -- Musibah jatuhnya helikopter TNI yang ditumpangi Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf Saiful Anwar bersama rombongan di Poso, Sulawesi Tengah, Minggu petang (20/3), adalah murni kecelakaan akibat cuaca buruk.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan tidak ada hubungan antara teroris dengan jatuhnya heli yang membawa 13 prajurit termasuk kru pesawat nahas tersebut.
"Tidak ada itu (hubungan teroris). Itu terlalu mengada-ada. Sebagai umat beragama itu adalah musibah karena Allah. Tidak usah direkayasa kejadiannya," kata Longki di Palu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Longki mengatakan lokasi jatuhnya heli dengan lokasi yang diduga tempat persembunyian Santoso sangat jauh sehingga tidak masuk akal jika heli tersebut jatuh karena mengejar apalagi karena tertembak oleh kelompok teroris.
Menurut dia, helikopter yang membawa 13 orang tersebut jatuh karena cuaca ekstrim saat hendak mendarat di bandara Kasiguncu, Kabupaten Poso. "Itu murni kecelakaan," ucapnya.
Longki menuturkan helikopter yang ditumpangi Danrem tersebut terbang dari Napu ke bandara Kasiguncu, Poso, karena selama ini Danrem sebagai penanggung jawab operasi dalam pengejaran kelompok teroris Santoso lebih banyak berkantor di Poso.
"Selama ini beliau lebih banyak berdomisili di Poso. Ini karena tugas negara," ujarnya.
Menurut Longki, Danrem bersama perwira TNI lainnya yang gugur dalam kecelakaan pesawat tersebut sedang melaksanakan tugas negara dalam rangka menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Longki menambahkan, Danrem adalah pemimpin yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya.
Dirinya terakhir kali bertemu dengan Danrem saat seremonial pisah sambut Kapolda lama Brigen Pol Idham Aziz ke Kapolda yang baru Brigjen Pol Rudy Sufahriadi pada Selasa (15/3).
"Beliau duduk di samping saya. Beliau adalah pemimpin sangat bertanggungjawab," kata Longki.
(antara/obs)