Jakarta, CNN Indonesia -- Almarhum Letnan Dua Penerbang Tito Hadyanov Wibisono, salah satu korban kecelakaan helikopter TNI Angkatan Darat di Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tengah, terus-menerus berkomunikasi dengan ayahnya di Jakarta pada hari nahas saat helikopter yang ia tumpangi jatuh karena cuaca buruk.
Ayah Tito, Suprapto, mengatakan dia dan putranya intens berkomunikasi sejak Sabtu malam hingga sepanjang hari Minggu kemarin. Namun komunikasi via telepon selular itu tak selalu lancar.
"Karena sinyal jelek, waktu malam minggu saya kontak, dia bilang 'Pap, suaranya putus-putus. Sinyal di Napu jelek. Kita SMS-an saja.' Nah, kami SMS-an paginya dari jam 05.30 sudah kontak-kontakan terus sampai jam 16.00 sore," kata Suprapto di rumah duka, kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Selasa (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pukul 16.00 WITA saat Suprapto terakhir kali berkomunikasi dengan Tito ialah beberapa saat sebelum Tito berangkat bersama 12 rekannya dari Napu ke Poso menggunakan helikopter TNI AD Bell 412.
Suprapto saat itu sama sekali tak menyangka putranya yang masih berusia 23 tahun akan ditimpa musibah.
"Setelah itu saya dapat kabar pertama kali dari satuan TNI yang mengatakan terjadi kecelakaan heli. Memang belum disebutkan bagaimana, seperti apa kondisinya. Itu pukul 19.15 WIB. Kemudian jam 20.00 WIB kami diberi tahu bahwa seluruh penumpang, termasuk kru pesawat, meninggal dunia," kata dia.
Tito berencana untuk menghadiri pernikahan kakaknya usai dua bulan mendatang, usai menjalankan tugas di Poso. Menurut sang ayah, Tito hanya ditugaskan di Poso hingga Mei.
Tito dijadwalkan kembali ke satuan penugasannya di Semarang, Jawa Tengah, pada 8 atau 10 Mei. Selanjutnya ia berencana menghadiri pernikahan kakaknya pada 29 Mei.
Apa daya, rencana itu kandas. Almarhum meninggal dunia saat helikopter yang ditumpanginya diterpa hujan lebat, angin kencang, dan petir.
(agk)