Cerita Sopir Blue Bird 'Tergilas' Taksi Online

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Rabu, 23 Mar 2016 12:40 WIB
Rony Rovelli mengaku orderan melalui panggilan radio menurun drastis sejak ada taksi online. Sekarang ia hanya mengandalkan penumpang di jalan.
Para sopr taksi saat menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta kemarin. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Sejak ada itu (taksi daring) berkurang banget orderan. Nah karena berkurang orderan itu kami jadi melintir (kerja keras), cari penumpang yang melambaikan tangan."

Hal tersebut dituturkan Rony Rovelli (42), seorang supir taksi merek Blue Bird saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (23/3) dini hari. Saat ditemui, Rony mengaku baru beroperasi pada malam hari karena sebelumnya mengikuti aksi mogok angkutan umum sejak kemarin pagi.

Rony mengatakan, keikutsertaannya dalam aksi mogok sebagai bentuk solidaritas terhadap rekan sesama profesi. Sebab, dia juga mengeluhkan keberadaan taksi daring yang cukup mempengaruhi pendapatannya.

"Kalau dulu itu jam kerja, jam pulang kantor, fleety (radio GPS) orderan selalu bunyi," kata dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sejak keberadaan taksi daring yang mulai marak, sistem pemesanan taksinya tak lagi ramai dulu. Kondisi itu lah yang memaksa Rony dan rekan-rekannya memilih mengangkut penumpang di jalan.

Sebenarnya, kata dia, Blue Bird telah mengaplikasikan sistem pemesanan yang terkontrol GPS atau radio fleety sejak 2011. Alat ini bekerja dengan bunyi suara yang menandakan ada penumpang sedang mencari taksi.

Saat itu lah, tutur Rony, pengemudi taksi 'berlomba' mengambil pesanan. Semua informasi mengenai pemesanan tercantum di alat tersebut dan dikontrol dari kantor pusat Blue Bird.

"Jadi penumpang telepon ke kantor pusat, atau lewat aplikasi. Lalu dikirim sinyal, ditangkap sama fleety, disebar ke radius lima kilometer sekitar penumpang itu. Sebetulnya sama dengan aplikasi, cuma kan ini terpasang di mobil" ujar Rony.

Menurut pengakuannya, Blue Bird juga telah melakukan penyediaan ponsel berbasis android kepada pengemudi. Ponsel itu nantinya yang akan menunjang aplikasi pemesanan via ponsel milik Blue Bird.
Kalau dulu itu jam kerja, jam pulang kantor, fleety (radio GPS) orderan selalu bunyi. Sekarang jarang sekali.Ronny Rovelli -Pengemudi Taksi Blue Bird-

Dengan demikian, Rony menilai letak persoalan bukan pada kesiapan perusahaannya menghadapai perkembangan teknologi informasi. Melainkan, keberadaan taksi daring yang beroperasi tanpa izin.

Untuk itu, bapak dua anak ini berharap agar pemerintah tak lagi gamang dalam mengambil sikap. Jika memang tak ada solusi, Rony meminta agar taksi daring mengurus sejumlah persyaratan transportasi umum, seperti izin KIR kendaraan, izin trayek dan tarif.

"Kalau memang nggak bisa ditutup, stop dulu sementara sampai dibuat regulasinya. Atau kalau mau main secara fair., itu saja keinginan kami," terang Rony.

Kemarin Rony dan ribuan pengemudi angkutan umum berunjuk rasa terkait keberadaan angkutan berbasis aplikasi telepon pintar sejumlah titik di Jakarta. Mereka menilai angkutan pelat hitam itu ilegal karena tak berizin sebagai angkutan umum. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER