Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama disindir oleh seniman kondang Butet Kertaradjasa dan Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri saat ia menghadiri acara peluncuran buku mengenai Megawati yang berjudul "Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat" Rabu (23/3) malam ini.
Ahok, sapaan Basuki, terpantau hadir di acara tersebut sejak pukul 18.55 WIB. Saat ia datang, acara peluncuran buku tersebut baru masuk tahap pembukaan dan diskusi yang dimoderatori oleh Butet.
Saat membuka acara dan melihat Ahok datang, Butet pun langsung memberikan tanggapan dari atas panggung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini acara launching buku. Nah, meskipun di luar sana sedang hiruk pikuk masalah independen, Ahok tetap datang kok ke ibunya sekarang," kata Butet disambut tawa para pengunjung di Gedung Arsip Nasional.
Setelah menyindir Ahok, acara bincang-bincang dan diskusi pun dimulai. Beberapa narasumber yang berlatarbelakang sebagai wartawan dan Megawati naik ke atas panggung untuk menjadi pembicara.
Saat berbicara di atas panggung, Megawati juga ikut menyindir kedatangan Ahok ke acara peluncuran buku dirinya.
"Nah itu, Pak Ahok datang. Saya heran juga dia datang. Soalnya ada sampingannya yang bilang selalu kan, ya ada yang bilang. Terus bully-nya saya tuh," kata Megawati disambut tawa para tamu.
Sindir WartawanSelain menyindir Ahok, Megawati juga menyempatkan diri memberi kritikan kepada para wartawan di Indonesia. Menurutnya, saat ini mayoritas wartawan tak lagi mengerti arti perjuangan bangsa melalui dunia jurnalistik.
"Tidak ada roh yang bisa in touch kepada sebenarnya perjuangan bangsa dan negara. Kenapa sih orang selalu menyindir saya? Mungkin kalau saya dekat dengan Jaya Suprana saya sudah dapat rekor MURI dalam hal pembullyan," katanya.
"Kode etik jurnalistik dewasa ini makin menurun. Artinya, masa akan dibuat sedemikian rupa terus negara kita ini," ujar Megawati melanjutkan.
Buku mengenai Megawati yang diluncurkan malam ini ditulis oleh 22 orang berlatarbelakang wartawan. Tulisan 22 wartawan itu tak hanya memotret gambaran Megawati sebagai perempuan yang bersahaja, ibu rumah tangga, seorang istri, politikus, Ketua Umum Partai, Wakil Presiden, dan Presiden.
"Megawati Soekarnoputri sekaligus menjadi pandora yang menguak sisi kelam sejarah transisi pemerintahan Soeharto ke masa reformasi," ujar humas acara tersebut, Ari Junaedi, dalam keterangan tertulis yang diterima.
(bag)