Jakarta, CNN Indonesia -- Istri terduga teroris almarhum Siyono, Suratmi mengaku mendapat dua bungkus diduga berisi gepokan uang dari seseorang yang mengaku pihak kepolisian. Uang itu diberikan sebagai ungkapan duka cita atas kematian suaminya saat penangkapan yang dilakukan Tim Detasemen Khusus 88.
"Dua bungkus diduga berisis gepokan uang itu merupakan pemberian dari pihak yang mengaku berasal dari Densus 88 sebagai ungkapan damai atas kematian Siyono," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak saat dikonfirmasi, Selasa (29/3).
Suratmi mengungkap pemberian uang itu di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta. Keluarga Siyono telah menunjuk PP Muhammadiyah untuk memberikan bantuan advokasi lantaran merasa masih berada dalam ancaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dahnil, Suratmi diminta untuk mengikhlaskan kepergian suaminya. Meninggalnya Siyono dianggap sebagai sebuah takdir yang tidak bisa dielakkan.
Dahnil menyatakan, dua bungkus pemberian oknum itu belum pernah dibuka oleh Suratmi lantaran dia masih dirundung ketakutan. PP Muhammadiyah untuk sementara tidak berniat membuka isi bungkusan tersebut.
"Kami tidak akan membukanya sebelum proses advokasi ini rampung. Hari ini kami hanya menunjukkannya kepada publik, bahwa ada pemberian berupa diduga uang kepada keluarga korban," kata Dahnil
Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Maneger Nasution mengatakan, uang yang diberikan kepada Suratmi diserahkan oleh oknum untuk membantu biaya pemakaman dan membiayai kebutuhan anak-anaknya.
"Tapi Suratmi tidak berani membukanya. Dia memilih meminta perlindungan. Pihak keluarga menginginkan Siyono diautopsi secara independen untuk mengetahui penyebab kematiannya," kata Maneger.
Siyono, warga Cawas, Klaten, yang ditangkap tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, pada Selasa (8/3) lalu, meninggal dunia saat dibawa polisi.
Menurut keterangan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto, Siyono meninggal dunia setelah perkelahian melawan polisi.
Seperti diceritakan Brigjen Agus Rianto, Sabtu (12/3), Siyono meninggal dunia di rumah sakit Bhayangkara Yogyakarta. Dia sebelumnya dibawa polisi untuk mencari senjata api yang diduga milik Siyono, namun menurut keterangannya, sudah diserahkan kepada orang lain.
Saat pencarian penerima senjata api itu, Siyono, kata Agus, melawan polisi. Tapi dalam perkelahian di mobil, Siyono kelelahan dan lemas. Dia pun dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong.
Siyono kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta. "Pada hari Sabtu tanggal 12 Maret, sekitar jam 15.30, jenazah sudah diserahkan kepada pihak keluarga," kata Agus Rianto.
(rdk)