Kematian Siyono, Komnas HAM Minta Densus 88 Terbuka Soal Dana

Bagus Wijanarko | CNN Indonesia
Rabu, 30 Mar 2016 09:28 WIB
Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengaku sudah beberapa kali meminta BNPT dan Densus 88 membuka ihwal keterbukaan sumber dana.
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siane Indrian meminta BNPT dan Densus 88 terbuka tentang sumber dana yang diperolehnya. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Siane Indriani meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Densus 88 terbuka tentang sumber dana yang diperolehnya. Hal ini diminta dia menyusul kematian Siyono, warga Cawas, Klaten yang kematiannya dalam pemeriksaan dinilai menimbulkan tanda tanya.

Komnas HAM kata Siane menilai BNPT dan Densus 88 tidak terbuka mengenai aliran dana kedua lembaga tersebut. “Hal ini membuat kecurigaan mengenai independensi dari kedua lembaga tersebut,” kata Siane dalam rilis yang diterima CNN Indonesia.com, Rabu (30/3).

Siane yang menjabat sebagai Koordinator Sub Komisi Pemantauan dan Penyelidikan Komnas Hak Asasi Manusia mengatakan kedua lembaga itu seharusnya transparan tentang sumber dana yang diperolehnya. Apalagi katanya dugaan adanya kepentingan asing di sini semakin menguat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengaku sudah beberapa kali mendesak soal hal ini meski tak digubris. Padahal, kata dia, adanya undang-undang tentang keterbukaan informasi publik seharusnya BNPT dan Densus membuka aliran dana. “Aliran dana kedua lembaga tersebut berasal dari Amerika Serikat dan Australia,” ujar Siane.

Melihat hal tersebut, Siane menilai ada kepentingan dalam BNPT dan Densus 88 jika dilihat dari sumber dana yang diperoleh. Menurutnya, selama ini kedua lembaga tersebut hanya menyudutkan salah satu kelompok saja. “Begitu pun dengan kasus terduga teroris, Siyono yang tewas saat pemeriksaan,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan soal uang yang diberikan polisi kepada Siyono. Siyono adalah terduga teroris yang tewas dalam proses pemeriksaan belum lama ini. "Ya namanya untuk kemanusiaan ya sah saja," kata Badrodin.

Dia mengaku tidak keberatan Suratmi, istri Siyono, mengembalikan uang pemberian Polri itu ke Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. "Begini ya namanya kemanusiaan, kalau tidak mau tidak apa-apa."

Badrodin juga menegaskan uang itu bukan untuk membungkam keluarga Siyono. "Sogok mana maulah orang," ujarnya.

Seandainya terjadi lagi kejadian serupa terhadap terduga teroris lain, Badrodin tidak menjanjikan akan memberi perlakuan yang sama. Menurutnya, hal itu tergantung pada kebijakan satuan wilayah yang menangani kasus masing-masing.

Suratmi mengaku mendapat dua bungkus diduga berisi gepokan uang dari seseorang yang mengaku pihak kepolisian. Uang itu diberikan sebagai ungkapan duka cita atas kematian suaminya saat penangkapan yang dilakukan Tim Detasemen Khusus 88.

Dia mengungkap pemberian uang itu di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta. Keluarga Siyono telah menunjuk PP Muhammadiyah untuk memberikan bantuan advokasi lantaran merasa masih berada dalam ancaman.

Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Suratmi diminta untuk mengikhlaskan kepergian suaminya. Meninggalnya Siyono dianggap sebagai sebuah takdir yang tidak bisa dielakkan. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER