Jakarta, CNN Indonesia -- Tim dokter forensik dari Muhammadiyah menunda rencana membongkar makam terduga teroris Siyono (34) untuk keperluan autopsi di tempat pemakaman Desa Pogung, Kabupaten Klaten, Jateng.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan pihaknya tidak bisa memberitahu kapan autopsi dilakukan. Pihaknya saat ini mendatangi rumah keluarga Siyono untuk melakukan advokasi atas permintaan istri Siyono, Suratmi, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI.
"Autopsi segera dilakukan, tetapi kami tidak bisa memberitahu kapan akan dilakukan. Tim dokter Forensik Muhammadiyah sudah disiapkan sekitar lima hingga delapan orang bersama Komnas HAM," kata Dahnil Anzar seperti diberitakan Antara, Rabu (30/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahnil mengatakan keluarga Siyono meminta keadilan ditegakkan lantaran negara dianggap tidak hadir terkait kasus meninggalnya Siyono. Pihak keluarga meminta jenazah Siyono diautopsi karena menilai ada kejanggalan di balik penangkapan Detasemen Khusus 88 Antiteror yang menyebabkan meninggalnya Siyono.
Rencana pembongkaran makam untuk kepentingan autopsi Siyono sempat mendapat pengawalan ketat dari aparat Kepolisian Resor Klaten dan anggota TNI. Berdasarkan pantauan Antara di Desa Pogung terlihat puluhan personel Polri dan TNI melakukan penjagaan di sudut-sudut jalan dekat dengan tempat jenazah Siyono dimakamkan.
Sejumlah warga Desa Pogung juga berkumpul di dekat tempat pemakaman desa setempat menyatakan menolak adanya autopsi jasad Siyono. Menurut Kepala Desa Pogung Djoko Widoyono pihaknya mendengar akan dilakukan autopsi di makam Siyono.
"Kami secara resmi belum menerima surat pemberitahuan petugas yang akan melakukan autopsi baik dari kepolisian maupun instansi lain," kata Djoko.
Warga Pogung juga telah mendengar akan adanya autopsi menjadi resah sehingga mereka kemudian membuat pernyataan untuk menolak itu.
"Warga menolak kegiatan autopsi jasad Siyono dengan alasan mereka khawatir takut dan trauma hirup pikuk datangnya orang dari luar desa," katanya.
Menyinggung soal sikap warga Desa Pogung yang menolak adanya autopsi jasad Siyono, Dahnil mengatakan pihaknya sangat menghargai pernyataan warga, tetapi juga pihak keluarga Suratmi.
"Kami menghargai keduanya menjaga kuat toleransi. Suratmi istri Siyono juga tidak mempermasalahkan soal jasad Siyono jika ditolak oleh warga dimakamkan di desa ini," katanya.
Kendati demikian, pihaknya segera izin dan membicarakan ke kepala desa setempat terkait akan dilakukan proses autopsi jasad Siyono tersebut.
(gil)