Kapolri Turun ke Poso, Evaluasi Operasi Pengejaran Santoso

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Senin, 11 Apr 2016 16:11 WIB
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti akan turun langsung ke Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengevaluasi operasi Tinombala.
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti akan turun langsung ke Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengevaluasi operasi Tinombala. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti akan turun langsung ke Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengevaluasi operasi Tinombala. Operasi itu bertujuan untuk mengejar pimpinan kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah.

"Saya mau ke sana, evaluasi. Karena evaluasi biasa dilakukan," kata Badrodin saat dihubungi hari ini, Senin (11/4).

Menurut Badrodin, rencananya evaluasi akan dilakukan pekan depan. Hal ini, katanya, dilakukan untuk mengefektifkan operasi yang sudah berlangsung sejak Januari.
Operasi Tinombala dilaksanakan menggantikan operasi Camar Maleo yang digelar dalam empat jilid pada 2015 lalu. Meski gagal menangkap Santoso, operasi ini berhasil melumpuhkan salah satu anak buahnya, Daeng Koro.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badrodin mengatakan Santoso masih bisa terus menghindari kejaran aparat hingga hari ini. "Ini tidak mudah seperti yang diharapkan," ujarnya.

Walau demikian, belum ada rencana penambahan pasukan dalam operasi yang juga dibantu Tentara Nasional Indonesia ini. Diketahui operasi Tinombala mengarahkan 2.000 personel dari kedua institusi.
"Tidak ada tambahan pasukan," ujar Badrodin tegas.

Santoso ditetapkan sebagai salah satu buron paling dicari polisi karena diduga bertanggungjawab atas serangkaian aksi teror satu dekade terakhir. Selain itu, dia juga diduga berkaitan erat dengan kelompok radikal di Filipina.

"Berdasarkan senjata yang digunakan, kelompok Santoso ini dipastikan erat kaitannya dengan kelompok radikal di Filipina. Beberapa orang anggotanya pernah berlatih strategi perang di sana," kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriady.
Sebelumnya Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan juga mengatakan Santoso berencana memberontak seperti bangsa Moro di Filipina.

"Poso mau dijadikan semacam Moro, dijadikan pusat pergerakan ISIS di Asia," kata Anton.

Polri, kata Anton, sudah mendapatkan dokumen yang membuktikan rencana Santoso itu. Oleh karena itu Polri melakukan operasi besar-besaran untuk memburu kelompok teror tersebut.

Santoso sendiri saat ini masih dikelilingi oleh 30 orang, termasuk istrinya. Dia dan anak buahnya dipercaya bersembunyi di pegunungan yang sulit dijangkau di kawasan Poso. (yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER