Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berteman dekat dengan petinggi PT Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan. Keduanya kerap menikmati hidangan khas Palembang, pempek, dan es kacang merah.
Dari pertemuan di meja makan itulah pertemanan Ahok dengan taipan itu tetap terjalin. Ahok mengaku, ia memang berguru pada sejumlah pengusaha.
"Saya dengan Aguan dekat, kadang makan pempek tiga minggu sekali atau sebulan sekali dari Tzu Chi (Yayasan milik Aguan). Minum es campur dan es kacang merah," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (11/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan-pertemuan tersebut biasanya berlangsung di rumah Ahok atau di tempat makan. Ahok berkata, Aguan kerap bertamu ke kediaman pribadinya karena jarak antara rumah Aguan dan rumahnya dekat.
Mantan bupati Belitung Timur itu berkata, stafnya yang bernama Sunny Tanuwidjaja merupakan pengatur pertemuan tersebut.
"Biasanya saya suruh Sunny karena mengatur jadwal kan susah. 'Sun ada yang mau ketemu nih, lu yang atur jadwal deh. Kalau mau datang ke rumah, ya dateng saja, deket rumah kok'," tutur Ahok.
Saat bertemu saban bulan, perbincangan di antara mereka pun cair. Beragam topik menjadi bahasan mulai dari perdagangan, politik, reklamasi, hingga tax amnesty.
Diakui Ahok, Aguan dan bos pengusaha lainnya mempercayai dirinya sebagai penyambung lidah kepada Presiden Joko Widodo. Karier Ahok yang sempat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowi pun menjadi alasan kuat.
"Kami ngobrol situasi perdagangan, pajak, segala macam. Soal reklamasi dia hanya menyinggung dari jauh saja misal, 'Oh payah nih izinnya agak lama'," ujar Ahok.
Soal pajak misalnya, Ahok ingin mengetahui reaksi para konglomerat soal Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak. Dari meja makan itu lah suara-suara para bos tersalurkan.
"Mereka kasih masukan bahayanya ada pajak yang dobel di luar negeri, nah mereka ngomong kan, makanya ketemu. Ini bukan sekalinya," katanya.
Topik upah minimum provinsi juga menjadi perbincangan. Ketika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaikkan standar upah minimum, Ahok mengaku mendapat penolakan keras datang dari para pengusaha seperti Sofyan Wanandi.
Lagi-lagi, Sunny yang mengatur jadwal keduanya. Sunny dekat dengan Sofyan lantaran tergabung dalam lembaga riset Center for Strategic and International Studies.
Pertemuan dengan para pengusaha ini, diakui Ahok, bukanlah tindak kriminal. "Teman ya temen dong, kenal ya kenal, gue kenal lama kok. Yang penting lo enggak bisa mengubah kebijakan gue," katanya.
Tak hanya Aguan, Ahok mengaku juga mengenal kakak Aguan yang merupakan teman berenangnya di Pantai Mutiara.
Hubungan itu juga terjalin saat ibunda Aguan meninggal dunia. Ahok mengklaim gereja tempatnya beribadah ikut membantu hingga proses pemakaman.
Kedekatan Ahok dan Aguan menjadi sorotan publik setelah kasus dugaan suap Raperda Reklamasi Teluk Jakarta mencuat. Sunny, kepada awak media bercerita, dirinya kerap mengatur pertemuan Aguan dengan Ahok setiap bulan.
Aguan dan Sunny dicegah bepergian ke luar negeri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Keduanya diduga mengetahui, menyaksikan, atau mendengar perihal dugaan suap.
Hingga saat ini lembaga antirasuah telah menjerat Ketua D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi, Presdir PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja dan karyawannya, Trinanda.
Sanusi disangka menerima suap Rp2 miliar dari Ariesman. KPK terus mengembangkan kasus ini ke sejumlah pihak lain yang diduga terlibat.
Anak perusahaan PT Agung Sedayu Group yakni PT Kapuk Naga Indah menggarap reklamasi di Pulau A, B, C, D, dan E.
Sementara itu, anak perusahaan PT Agung Podomoro Land, yakni PT Muara Wisesa Samudra, mereklamasi Pulau G di Pantai Utara Jakarta.
Ahok menerbitkan izin pelaksanaan untuk reklamasi dua perusahaan tersebut.
(abm)