Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan polisi telah berjaga di depan Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat. Sejak pagi mereka telah bersiaga mengamankan jalannya acara bertajuk "Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965: Pendekatan Kesejarahan".
Rencananya pagi ini akan digelar unjuk rasa di depan hotel. Massa yang tergabung dalam Front Pancasila, GBN, serta elemen masyarakat dan mahasiswa AntiPKI menolak penyelenggaraan simposium pelanggaran HAM kasus 1965-1966.
Dalam rilis berjudul Tolak Simposium PKI di Hote Aryaduta, mereka hendak membubarkan pelaksanaan kegiatan tersebut. Unjuk rasa tersebut sekaligus ditujukan agar simposium dibatalkan. Mereka tidak setuju jika negara harus meminta maaf kepada PKI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dikonfirmasi, koordinator aksi Nanang Qosim mengatakan, unjuk rasa akan digelar pada pukul 10.00 WIB. Namun hingga waktunya tiba, massa aksi belum hadir di sekitar hotel.
Saat ini massa telah berkumpul di Jalan Menteng Raya Nomor 58, Jakarta. Menurut Nanang, massa yang telah bergabung ke titik kumpul itu berjumlah 50 orang. Mereka juga masih menunggu kehadiran peserta aksi lainnya yang datang dari luar kota.
"Kemungkinan demo enggak digelar di depan Hotel Aryaduta, tapi di sekitar Patung Tugu Tani, melihat pihak kepolisian telah berjaga lebih banyak dari perkiraan," kata Nanang saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin (18/4).
Simposium tersebut, kata Nanang sebagai upaya membangkitkan kembali Gerakan Komunisme di Indonesia. Menurutnya, pemerintah dipaksa melakukan permintaan maaf atas tragedi tersebut.
Dia mengatakan, aksi pembubaran simposium memiliki dasar hukum. Menurut Nanang, simposium tersebut bertentangan dengan TAP MPRS No XXV/MPRS Tahun 1966 tentang Larangan Partai Komunis Indonesia dan Underbouw-nya serta ajaran Komunisme/Marxisme/Leninisme.
Bagi kelompoknya, simposium hanya akan membuka luka lama sejarah. Hal itu akan menimbulkan perpecahan baru di tengah masyarakat. Selama ini, kata Nanang, rekonsiliasi berjalan secara natural.
(obs)