Jakarta, CNN Indonesia -- Bekas anggota Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Letnan Jenderal (purnawirawan) Sintong Panjaitan membantah adanya banyak korban saat operasi militer di Jawa Tengah pasca Gerakan 30 September 1965. Ia menyebut korban jiwa saat itu cuma satu orang.
Saat operasi militer digelar, Sintong adalah Komandan Pasukan RPKAD (kini Komando Pasukan Khusus) yang bertugas mengejar orang-orang yang dituduh terlibat PKI untuk daerah Jawa tengah.
Ia mempertanyakan jika ada yang menyebut korban jiwa mencapai ratusan ribu orang. "Ini pembohongan karena itu berhubungan dengan harga diri kami sebagai RPKAD," kata Sinton saat menjadi pembicara kunci dalam Simposium Nasional Tragedi 1965 di Jakarta, Senin (18/4).
Simposium ini digelar di Jakarta sebagai media untuk mencari pemahaman menyeluruh terkait tragedi 1965. Ketua Pengarah Simposium yang juga Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Agus Widjojo mengatakan, pendekatan sejarah dilakukan dalam simposium ini agar lebih objektif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, simposium membuka seluas-luasnya untuk para pihak berbicara. Dia menjelaskan simposium tidak sepetti pengadilan.
"Metodologi secara sederhana, seperti memutar film tentang 1965 apa yg terjadi, bisa dilihat apa ada penyalahgunaan kewenangan dan sebagainya," kata Agus.
Sementara itu Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan melalui sambutannya dalam acara ini mengatakan, persamalahan 1965 baiknya diselesaikan oleh Bangsa Indonesia sendiri.
Namun, dia tidak menutup pihak di luar untuk melihat proses penyelesaian pelanggaran HAM di Indonesia. "Saya mengimbau kalau ada masalah di bangsa ini. Eloknya tidak perlu cari tempat lain," kata Luhut.
Sebelumnya dalam kesempatan berbeda Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP 65) Bedjo Untung menyebut, total korban tewas dalam tragedi pasca G30S lebih dari 3 juta orang.
Saat itu korban bukan hanya dari anggota Partai Komunis Indonesia yang aktif. Namun juga organisasi sayap atau yang dituduh berafiliasi dengan PKI.
Bahkan menurut Bedjo, organisasi yang sama sekali tidak berkaitan dengan PKI, anggotanya turut ditangkap dan dibunuh.
(sur)