Nelayan Muara Angke Serahkan Ikan kepada Ahok

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Selasa, 19 Apr 2016 16:57 WIB
Nelayan menunjukkan tangkapan ikan yang dimasukkan dalam kotak putih, di antaranya ikan alu-alu, udang rebon, ikan tembang, ikan blonang, dan rajungan.
Sejumlah nelayan menunjukkan bukti ikan hasil tangkapan di teluk Jakarta setelah diragukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ikut dalam penyegelan Pulau G pada akhir pekan lalu di Kantor LBH Jakarta, Selasa, 19 April 2016. Gubernur DKI Jakarta meragukan bahwa pihak yang menyegel Pulau G minggu lalu adalah nelayan sungguhan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lima orang nelayan di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, menyerahkan ikan tangkapan hasil laut ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, di Kantor Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (19/4). Mereka ingin membantah pernyataan Ahok soal nihilnya tangkapan laut di Teluk Jakarta sejak dulu kala.

"Saya ingin buktikan ke Pak Gubernur. Ini ikan langsung dari Teluk Jakarta, jenis ikan pinggir. Ini jeritan nelayan," kata Saefudin, Anggota Forum Kerukunan Masyarakat Muara Angke ketike bertemu dengan perwakilan Pemerintah DKI Jakarta.

Sejumlah tangkapan ikan dibawa nelayan tersebut dan dimasukkan dalam kotak putih. Tangkapan tersebut di antaranya ikan alu-alu, udang rebon, ikan tembang, ikan blonang, dan rajungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantaran Ahok tak mau menemui, para nelayan ini hanya berdialog dengan Kasubdit Pemantauan dan Penanganan Konflik Kesbangpol Pemda DKI Jakarta Soni Triwibawa. Selama setengah jam, para nelayan ini mengeluhkan minimnya hasil tangkapan usai reklamasi dilakukan di kawasan Pantai Utara Jakarta.

"Kami ingin Pak Gubernur cabut izin reklamasi dan amdal. Amdal itu bodong. Yang bisa hentikan reklamasi phanya Pak Gubernur supaya kami bisa hidup di sana," kata pria yang mengaku sebagai generasi ketiga yang tinggal di Muara Angke ini.

Saefudin menjelaskan, pengurukan tanah Pulau G yang berlokasi tak jauh dari Muara Angke menghalangi perahu kecil mereka untuk menjaring ikan dan tangkapan lainnya. Jaring mereka justru rusak lantaran kapal tongkang pengembang yang berlalu-lalang.

Hal senada diutarakan seorang nelayan bernama Iwan. "Di Muara Angke masih ada ikan dan ini hasil tangkap semalam dan subuh. Bapak Ahok bilang ikan di Teluk Jakarta tidak ada, ini tidak benar," katanya.

Iwan menambahkan, dengan adanya reklamasi maka nelayan tradisional menjadi tertindas. Ia bercerita seorang kawan nelayan bernama Udin meninggal lantaran stroke kumat. Udin bingung kehilangan pekerjaannya dan tak bisa mencari makan.

"Sebelum ada reklamasi, kalau subur ada tangkapan sampai 50 kuintal. Nelayan menjerit dengan adanya reklamasi. Kami mempertahankan hak di laut," kata Iwan.

Nasib yang sama dialami nelayan bernama Khalil yang turut merasakan dampak reklamasi. Budidaya kerang hijau miliknya hilang akibat adanya pengurukan tanah untuk menjadi daratan pulau reklamasi.

"Racun dari urukan pulau reklamasi itu memusnahkan kerang hijau. Udang rebon dan kiong harusnya sewaktu-waktu dapat, tapi karena reklamasi jadi susah," katanya.

Sementara itu, menanggapi keluhan dari para nelayan, Soni hanya bisa menyampaikannya kepada pihak terkait. "Saya hanya bisa nenampung ini. Pasti pimpinan akan mendengar tapi proses pembangunan tetap harus belajar," kata Soni.

Soni melanjutkan, pembangunan Jakarta akan tetap berlanjut termasuk reklamasi. Untuk permasalahan para nelayan, pihaknya berjanji akan mencari solusi terbaik seperti pembudidayaan ikan di tempat lain. (rdk/rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER