Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, ingin berdiskusi dengan Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono tentang cara menghadapi kritik. Ia berpendapat, SBY menerima baik kritikan selama sepuluh tahun memimpin Indonesia.
Menurutnya, pemerintahan SBY maju karena menerima kritik anggota DPR dan menjadikannya pertimbangan pengambilan keputusan.
"Beliau (SBY) berkali-kali katakan teruskan dinda, teruskan dinda," kata Fahri di Gedung DPR RI, Selasa (19/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fahri tidak sengaja bertemu Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Sjarifuddin (Syarief) Hasan. Syarief hanya tersenyum menanggapi pernyataan Fahri itu.
Fahri mengatakan, telah lama membuat janji bertemu SBY namun belum terealisasikan. "Mumpung ada pak Syarief, saya mau ngobrol," ucapnya.
Fahri menuturkan, sering mengkritik SBY sejak awal pemerintahan Indonesia dipimpin SBY pada 2004. Saat itu Fahri terpilih menjadi anggota dewan dari daerah pemilihan Nusa Tengara Barat (NTB).
Sepuluh tahun lalu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berkoalisi dengan pemerintahan SBY. Namun kenyataan PKS menyatakan diri sebagai oposisi. Fahri merupakan penggagas Pansus Century.
Mantan aktivis 1998 ini menilai, kritik merupakan salah satu cara anggota DPR menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.
"Justru kalau anggota dewan diam, itu berarti ada masalah," ucapnya.
Sebelumnya, Fahri Hamzah dipecat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) karena kritikannya kepada Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla dianggap terlalu kontroversial.
Salah satunya, Fahri ingin membubarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Lebih baik KPK dibubarkan. Karena saya tidak percaya dengan adanya institusi superbody dalam demokrasi," kata Fahri, 4 November 2015.
Fahri mengusir penyidik KPK di DPR. "Di sini tidak boleh bawa laras panjang. Mas Brimob tolong keluar. Saya bertanggungjawab sama Kapolri," ucap Fahri, Rabu (14/1).
(bag)