Mabes Polri Bantah Ada Konflik di Tolikara Papua

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Senin, 25 Apr 2016 15:03 WIB
Kepala BPBD Tolikara Feri Kagoya sebelumnya mengatakan terjadi konflik di dua distrik di Tolikara, Papua, pada 9 April yang menyebabkan dua korban jiwa.
Rumah warga di Tolikara, Papua. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membantah telah terjadi konflik akibat bantuan langsung pemerintah di Kabupaten Tolikara, Papua. Informasi itu sebelumnya disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

"Sudah kami kroscek kepada Kapolda Papua maupun Kapolres Tolikara bahwa informasi itu tidak benar," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Agus Rianto di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (25/4).

Menurut Agus, pada 9 April memang ditemukan jenazah laki-laki pegawai negeri di Dinas Kependudukan bernama Dekimus Wanimbo. Tim Kepolisian, karena kondisi geografis yang sulit, baru bisa mencapai lokasi untuk mengecek penemuan ini pada 16 April. Saat itu jenazah sudah dimakamkan dengan cara dibakar sesuai adat setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian setelah kejadian tanggal 9 April sampai sekarang, tidak ada kejadian apapun di Kabupaten Tolikara khususnya," kata Agus.  

Kepolisian Daerah Papua sudah melakukan penyidikan seperti memeriksa lima orang saksi, termasuk camat dan keluarga korban. Pihak keluarga, kata Agus, menyerahkan sepenuhnya proses hukum pada polisi.  

"Kepada masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan informasi yang telah diterima terkait kejadian di Kabupaten Tolikara," kata Agus.

Agus juga mengatakan Kepolisian masih berusaha menghubungi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tolikara, Feri Kagoya, yang memberikan keterangan soal konflik kepada media. Telepon seluler Feri yang sebelumnya sempat dihubungi kini tidak lagi aktif sehingga informasi yang diperoleh masih belum utuh.

Feri sebelumnya mengatakan konflik yang memakan dua korban jiwa terjadi sejak 9 April di Distrik Gika dan Panaga. Menurutnya, perpecahan diakibatkan oleh kecemburuan dalam pembagian dana bantuan yang dinilai tidak adil antardistrik.

Petugas keamanan, kata Feri, kesulitan menjangkau lokasi tersebut karena medan yang berat dan terjal menuju kedua distrik itu.

"Susah bertahan di sana. Pesawat juga sulit, dan dari pesawat mesti jalan kaki lewat medan terjal," kata Feri kepada CNNIndonesia.com, Minggu (24/4).

Selain dua korban tewas, konflik juga menurut Feri mengakibatkan kerusakan pada ratusan bangunan di kedua distrik.

"Mengantisipasi konflik susulan, warga mengungsi ke distrik tetangga seperti Umagi dan Kembu," ujar Feri.

Feri menjelaskan, dana bantuan yang dipermasalahkan adalah dana rencana strategis pembangunan kampung dari pemerintah provinsi untuk pemberdayaan masyarakat.

Konflik terpicu karena warga distrik Gika merasa dirugikan. "Akhirnya terjadi baku serang," kata Feri.

Namun, menurut Agus, “Ternyata info yang diterima oleh Saudara Feri bukan hasil temuan sendiri, tapi dapat dari orang lain. Kami sudah kroscek, itu tidak benar.” (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER