Jakarta, CNN Indonesia -- Rusun Jatinegara Barat jadi tempat yang disediakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menampung warga eks penggusuran di Kampung Pulo. Rusun diisi 2046 jiwa dengan 493 unit. Per unit mereka mendapati dua kamar dan satu kamar mandi.
Benny Sulaiman, penghuni rusun korban penggusuran menempati satu unit di lantai tiga Rusun Jatinegara Barat. Ia mengaku rusun ini layaknya apartemen.
Namun ia seakan menjaga kerinduan akan tempat tinggalnya di kawasan Kampung Pulo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bedanya ketika saya di rusun ini dengan di Kampung Pulo, ini bukan hak milik saya sedangkan di sana (Kampung Pulo) itu memang hak milik saya," ujarnya saat diwawancarai CNNIndonesia.com di Rusun Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Rabu (27/04).
Ketakutannya ini karena berdasarkan surat perjanjian hanya dapat menempati rusun selama dua tahun yang terbilang sejak 19 November 2015 sampai 19 November 2017. Meski begitu, penghuni rusun dapat memperpanjang kembali untuk waktu penempatan rusun.
Jadi sopir ojek online ia jalani setiap hari dengan beban harus membayarkan cicilan rusun Rp300 ribu tiap bulan. Pengeluaran pun harus ia keluarkan untuk air Rp120 ribu per bulan juga listrik sebesar Rp150 ribu per bulan.
Memang rusun itu layaknya apartemen, tapi ia merasa ruang yang ia tempati terlalu sempit dengan empat anak dan seorang istri.
"Terlalu kecil, apalagi kadang suka terdapat dua keluarga yang tinggal di satu rusun. Kenapa enggak aulanya saja yang dipersempit, jadi kamarnya bisa lebih besar," anjurnya.
Irmawati (34), seorang warga gusuran Kampung Pulo yang menempati lantai tiga Rusun Jatinegara Barat. Rindu akan bercengkrama dengan tetangga tidak ia rasakan di rusun ini.
"Di sini, warga-warga yang dulunya bersampingan rumahnya jadi mencar, jadi tidak bareng lagi," ujar ibu dari dua anak ini.
Anak Irmawati yang berusia 12 tahun tidak memiliki teman seusianya. Berbeda dengan anak keduanya dengan usia lima tahun yang sudah memiliki teman bermain sebayanya. kedua anaknya tidak berani untuk keluar rusun karena tidak kenal dengan yang lainnya, di awal masuk rusun.
Sempitnya rusun tersebut, membuat suaminya harus rela tidur di ruang tamu karena tidak cukup berbagi kamar. Pasalnya, satu kamar ditempati oleh ibu dari Irma dan satu lagi oleh Irma dan anak-anaknya.
"Kadang suka enggak tega, jadi anak saya suka tidur dengan neneknya agar suami saya bisa tidur di kamar," tambahnya.
Irma tercatat akan menempati rusun dari 30 Oktober 2015 hingga 30 Oktober 2017. Meski begitu, Irma mengakui dirinya lebih nyaman tinggal di Kampung Pulo. Selain rumah milik sendiri, suasana perkampungan yang kental di sana membuatnya dapat berinteraksi dengan tetangga-tetangganya.
(pit)