Jakarta, CNN Indonesia -- Proyek tanggul laut raksasa yang jadi bagian dari pengembangan dan pembangunan wilayah pesisir di ibu kota atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) diyakini Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan menghindari Jakarta dari ancaman banjir atau tenggelam karena penurunan permukaan tanah.
Tanggul laut raksasa terdiri dari tiga bagian, yakni tanggul A, B, dan C.
“Jakarta terus turun puluhan senti. Solusinya, batasi pelarangan pengambilan air tanah. Kedua, kami mau tes (dengan membangun) tanggul A sambil tanggul B dan C dipelajari (rencana pembangunannya) dari bantuan hibah Belanda dan Korea Selatan,” kata Ahok, sapaan Basuki, di Jakarta, Jumat (29/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun tanggul A lebih dulu dan memasang alat pengukur penurunan muka tanah.
Teori penurunan muka tanah itu, menurut Ahok, masih diperdebatkan. Ada teori yang mengatakan tanah akan turun lalu berhenti pada batas tertentu. Ada pula teori yang menyebut tanah akan terus turun tiap tahunnya.
Namun Ahok mengakui saat ini Jakarta memang mengalami penurunan tanah 10-20 cm.
Ia lantas membandingkannya dengan penurunan muka tanah di Belanda. Saat ini Negeri Kincir Angin itu berada sekitar 6-7 meter di bawah permukaan laut.
“Kalau segitu, tanggul yang 3,8 meter enggak akan cukup,” ujar Ahok.
Tanggul A rencananya dimulai dari Kawasan Muara Baru, sementara tanggul B di sekitar pulau reklamasi O, P, Q. Adapun tanggul C yang dikenal dengan Garuda Raksasa akan dijadikan waduk untuk menampung air.
NCICD merupakan megaproyek yang menurut estimasi bakal menghabiskan dana Rp560 triliun. Ahok mengatakan Pemprov Jakarta akan menyiapkan dana 30 persen untuk proyek tersebut, sedangkan sisanya akan dibiayai pemerintah pusat.
Dalam proses pengerjaannya, pembuatan tanggul dilakukan bertahap sejak 2014, yakni penguatan bibir pantai sepanjang delapan kilometer dari 32 kilometer panjang pantai dengan anggaran Rp3,2 triliun.
(agk)