Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Kemanusiaan Surya Paloh mengklaim sebagai pihak yang berjasa dibalik pembebasan 10 Warga Negara Indonesia yang disandera kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf pada Minggu (1/5) sekitar pukul 12.15 di Pantai Parang, Sulu, Mindano Selatan, Filipina.
Staf Khusus Surya Paloh bidang komunikasi Charles Meikyansah menjelaskan Tim Kemanusiaan Surya Paloh merupakan gabungan dari Yayasan Sukma, kelompok Media Group dan Fraksi Partai NasDem DPR. Yayasan Sukma merupakan lembaga kemanusiaan pimpinan Ahmad Baidowi dan Samsul Rizall Panggabean. Sedangkan Fraksi Partai Nasdem DPR diwakili oleh Victor Laiskodat dan Supiadin.
"Usaha dan proses pembebasan dilakukan oleh tim kemanusiaan Surya Paloh sejak tanggal 4 April 2016," kata Charles saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (2/5).
Charles menerangkan negosiasi pembebasan sandera melibatkan jaringan Yayasan Sukma, dengan cara berdialog langsung dengan tokoh masyarakat, LSM, lembaga kemanusian di daerah Sulu, yang memiliki akses langsung dengan kelompok Abu Sayyaf. Kendati demikian, proses negosiasi tetap di bawah koordinasi langsung pemerintah Republik Indonesia.
Menurutnya, proses pembebasan berlangsung sangat dinamis dan lancar, dengan pendekatan pendidikan yang dilakukan Yayasan Sukma. Jauh sebelum proses pembebasan dilakukan, Yayasan Sukma sudah menjalin kerja sama di bidang pendidikan dengan pemerintah otonomi Moro Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, dia mengatakan, empat jam setelah diserahkan kepada Tim Kemanusiaan Surya Paloh di Pantai Parang, 10 WNI yang disandera dibawa ke rumah Gubernur Zulu selama satu setengah jam, untuk proses verifikasi, makan, serta ramah tamah. Setelah itu, langsung diterbangkan dari Zulu menuju Zambonga menggunakan dua helikopter jenis UH 1 H.
Di Zambonga, lanjutnya, sandera tiba pukul 16.30 waktu setempat dan langsung menjalani proses verifikasi serta pemeriksaan kesehatan dari tim keamanan Filipina. Kemudian, 10 WNI itu dibawa untuk menerima pengarahan dan dimintai keterangan mengenai peristiwa yang dialami selama masa penyanderaan, serta mengenali anggota kelompok Abu Sayyaf.
"Meski kelelahan akibat perjalanan panjang mereka dalam kondisi yang sehat dan cukup baik untuk dapat kembali pulang," ujar Charles.
Setelah semua prosesi itu, Charles menuturkan pemerintah Filipina kemudian menyerahkan 10 WNI tersebut secara resmi kepada pihak KBRI di Malaysia dan perwakilan Fraksi Partai Nasdem DPR, Victor Laiskodat.
Charles menambahkan, kepulangan 10 WNI ke Tanah Air dipimpin langsung oleh Victor Laiskodat didampingi ole perwakilan KBRI untuk Filipina, Edi Mulya, sebelum kemudian diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.
(ags)