Jakarta, CNN Indonesia -- Susilawati Muchtar, wanita yang kehilangan suami serta anaknya, Edy Suwardi Suryaningrat dan Dimas Qadar Radityo, karena tragedi ledakan tabung hiperbalik di Ruang Chamber Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo, mengaku mendapatkan perlakuan arogan dari pengelola rumah sakit itu.
Perlakuan tersebut ia dapatkan ketika hendak menengok jenazah kedua anggota keluarganya.
Susilawati menuturkan, dirinya tidak diberitahu pihak rumah sakit saat kebakaran terjadi. Ia baru mendapatkan informasi tersebut setelah mengetahui anak kedua, suami, dan besannya, Inspektur Jenderal (Purn) Abubakar Nataprawira, tewas pada peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mendengar kabar tersebut, Susilawati mengaku langsung bergegas ke rumah sakit milik TNI Angkatan Laut itu.
Bukannya mendapatkan ucapan belasungkawa dari pihak rumah sakit, Susilawati yang kala itu mengajak anak sulungnya, Muchammad Iqbal Hassarif Putra, mengklaim malah mendapat perlakuan arogan.
"Anak saya ditendang, saya diusir pas mau lihat jenazah anak, suami, dan besan saya. RSAL Mintohardjo arogan sekali," ujarnya usai melapor kepada komisoner Komnas HAM, Jakarta, Senin (9/5).
Perlakuan buruk RSAL Mintohardjo, kata Susilawati, tidak hanya itu saja. Ia berkata, tidak ada perwakilan rumah sakit yang menghadiri pemakaman ketiga jenazah anggota keluarganya.
Hingga saat ini pun, ucapnya, pihak rumah sakit belum menghubungi untuk membicarakan tindak lanjut dari peristiwa yang merenggut nyawa keluarganya .
Susilawati mengira, RSAL Mintohardjo ingin membekukan kasus tersebut.
"Barang-barang suami saya, mobil, dompet, ponsel, ketika masih di sana, mereka tidak menghubungi saya. Saya malah bertanya, di mana barang-barang anak dan suami saya? Saya datang seminggu baru mengambil barang-barang suami saya. Saya datang pun penerimaan tidak baik," ujarnya.
Susilawati menuduh pihak rumah sakit tidak memperlakukan jenazah suami dan anaknya secara tidak pantas.
Alasannya, kata dia, cincin berlian milik kedua anggota keluarganya itu tidak terlihat melingkar di jari suami dan anaknya.
Susilawati mengaku belum mendapat pertanggungjawaban dari RSAL Mintohardjo, baik hasil penyelidikan maupun tanggungjawab materi.
"Saya meminta Komnas HAM menuntut RS Mintohardjo. Sudah dua bulan saya diam, tapi saya tidak bisa sabar terus seperti ini. Saya ingin tahu penyebab kematian suami, anak, dan besan saya," katanya.
Kebakaran di Ruang Chamber RSAL Mintohardjo terjadi 14 Maret lalu. Selain menewaskan tiga anggota keluarga Susilawati, kejadian itu juga merenggut nyawa anggota DPD sekaligus Ketua PGRI, Sulistyo.
Menyusul peristiwa itu, Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Zainudin, mengatakan lembaganya tidak akan menghalangi langkah hukum yang akan diupayakan keluarga korban.
"Kalau mereka akan menuntut melalui jalur hukum, itu memang hak keluarga korban. Kami tidak bisa menghalang-halangi," kata dia.
Kepolisian Daerah Metro Jaya yang memimpin penyelidikan kasus itu sempat berencana menggunakan jasa ahli untuk mengetahui penyebab kebakaran.
Hingga berita ini diturunkan,
CNNIndonesia.com masih terus berupaya mengkonfirmasi tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada RSAL Mintohardjo.
(abm)