Luhut Persilakan Ryamizard Beda Pendapat soal 1965

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Jumat, 20 Mei 2016 15:05 WIB
Ketidaksetujuan Menhan Ryamizard Ryacudu, menurut Luhut, membenarkan perkiraan jumlah korban Tragedi 1965 yang mencapai ratusan ribu orang.
Ketidaksetujuan Ryamizard, menurut Luhut, membenarkan perkiraan jumlah korban Tragedi 1965 yang mencapai ratusan ribu orang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan tidak akan mempersoalkan pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait rencana identifikasi kuburan massal korban Tragedi 1965.

"Kalau tidak setuju pengungkapan, silahkan saja. Tujuan saya sudah jelas, saya mau klarifikasi (data kuburan) itu," ujar Luhut di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (20/5).

Luhut menduga Ryamizard belum memahami dengan jelas rencana pengungkapan kebenaran yang digagas di kementeriannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, ketidaksetujuan Ryamizard sama dengan pembenaran terhadap perkiraan penyintas atas jumlah korban tewas pada kasus pelanggaran HAM di sekitar tahun 1965.

"Kalau dia enggak mau, berarti dia setuju dengan (jumlah korban yang mencapai) 400 ribu. Kalau saya tidak setuju. Saya belum melihat bukti," tuturnya.
Di sisi lain, Luhut tidak melarang sejumlah organisasi masyarakat menggelar simposium tandingan terkait Tragedi 1965.

Namun, mengaku heran dengan wacana simposium tandingan. Ia berkata, panitia Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965: Pendekatan Kesejarahan telah mengundang seluruh kelompok yang memiliki keterkaitan dengan kasus itu.

"Yang mana enggak setuju? Kemarin semua ada ada kok. Mantan perwira juga diundang. Kalau enggak mau datang, masa kami harus memaksa," kata dia.
Luhut menuturkan, ia tidak akan mengintervensi wacana itu selama tindakan kelompok-kelompok itu tidak melewati koridor hukum.

Kalau sejumlah ormas tersebut main hakim sendiri, Luhut berkata, "Saya akan tindak siapa pun, saya tidak peduli."
(abm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER