Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pihak intelijen kepolisian turut memantau kenaikan harga komoditas di pasar macam cabai keriting sampai dengan bawang merah terkait dengan potensi penyimpangan pelbagai komoditas.
Menurutnya, intelijen kepolisian juga turut melihat kondisi harga di pasar terkait dengan potensi penyelewengan komoditas. Dia menegaskan kepolisian saat ini kepolisian tak hanya mengurusi masalah sosial, namun juga persoalan ekonomi.
"Cabai keriting, bawang merah, menjadi urusan polisi. Setiap hari, intel itu melihat naik-turunnya harga," kata Badrodi dalam acara Buka Puasa Bersama, di Jakarta, Senin (20/6). "Ada ikan asin, cabai keriting, bawang merah, bawang putih."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menuturkan ketika terjadi kenaikan harga maka dapat menyebabkan daya beli masyarakat yang berkurang. Hal itu, sambung Badrodin, juga akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi.
Badrodin menegaskan Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan untuk memantau persoalan kenaikan harga pelbagai komoditas tersebut. Jika terjadi kenaikan, paparnya, maka pihaknya diperintahkan untuk menyelidiki apakah ada penyimpangan atau tidak.
Selain itu, sambungnya, pihaknya juga menyelidiki dugaan kelangkaan pada distribusi komoditas bersubsidi. Dengan demikian, papar Badrodin, tugas kepolisian akan semakin berat dengan adanya penanganan lembaga tersebut dari ekonomi, sosial hingga budaya.
Anomali Sektor PanganMenteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebelumnya menegaskan sektor pangan di Indonesia penuh dengan anomali. Hal tersebut, katanya, berdasarkan pada fakta empiris di lapangan bahwa pasokan minyak goreng, bawang merah, cabai, daging ayam dan pangan lainnya cukup melimpah namun harga tetap meningkat.
Dia menegaskan solusi jangka pendek yang dilakukan untuk mengurai fenomena tersebut adalah membangun komitmen produsen terbesar minyak goreng, gula pasir, daging sapi, daging ayam, untuk berpartisipasi menurunkan harga. Selain itu, paparnya, perlu melakukan pemetaan sentra produksi yang siap panen Juni-Juli 2016.
"Produk petani dibeli dan langsung dikirim ke konsumen, melibatkan Bulog, Toko Tani Indonesia, Koperasi Pasar, Puskop TNI dan Polri, Gapoktan dan Kelompoktani," papar Amran dalam keterangan resminya, awal Juni.
Sedangkan untuk solusi jangka menengah dan panjang, dia menegaskan, tentunya dengan memperpendek rantai pasok dan membentuk struktur pasar baru sehingga petani menikmati keuntungan. Sehingga, paparnya, antara petani dan konsumen sama-sama mendapatkan keuntungan.
(asa)