Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu pendiri Teman Ahok, Singgih Widiastono, mengungkapkan bahwa tiga dari lima orang eks relawan yang mengaku curang dalam proses mengumpulkan 1 juta KTP telah dikeluarkan dari struktur organisasi beberapa waktu lalu. Ia menuturkan, ketiganya terbukti mengumpulkan data palsu.
"Lima orang yang tadi mengaku sebagai relawan Teman Ahok itu memang betul sebelumnya mereka terdaftar, namun mereka sudah dikeluarkan dari struktur keanggotaan karena tidak sesuai dengan visi dan misi kami yang berkomitmen bahwa data di KTP harus asli," ujar Singgih di Markas Teman Ahok, Graha Pejaten, Jakarta Selatan, Rabu (22/6).
Singgih menjelaskan, tiga eks relawan tersebut terbukti berbuat curang dalam proses pengumpulan KTP via Posko Teman Ahok, mulai dari pemalsuan tandatangan, nomor ponsel, nomor KTP, tulisan, dan lainnya. Hal itu terkonfirmasi karena Teman Ahok memiliki sistem verifikasi sebelum KTP dikumpulkan.
Petugas di Markas Pusat, papar Singgih, akan memperhatikan keanehan pada tandatangan dan nomor ponsel. Selanjutnya, petugas akan secara acak mengecek nomor ponsel dan menelepon tandatangan yang dicurigai dipalsukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua formulir akan ditandai dan diberi kode sehingga kami bisa tahu dari posko mana formulir ini berasal dan setiap itu ada bukti tanda terima. Untuk yang ketahuan curang, KTP mereka tidak akan dihitung dan akhirnya kami keluarkan," katanya.
Selain itu, Singgih membantah bahwa pihak yang menuding adanya kecurangan dalam proses pengumpulan KTP oleh Teman Ahok tersebut mengetahui hal-hal terkait posko dan keuangan yang sifatnya sangat detail, karena hal tersebut hanya diketahui pihak internal organisasi.
Singgih menduga bahwa ketiga orang tersebut ditunggangi kepentingan politik sebuah ormas yang merupakan cabang dari salah satu partai politik. Ia pun menyayangkan langkah-langkah politisasi untuk menjegal proses pengumpulan KTP yang diinisiasi Teman Ahok demi memenuhi syarat dukungan agar Basuki Tjahaja Purnama bisa maju dalam Pilkada Jakarta.
Singgih lebih yakin atas dugaannya itu karena mendapatkan kabar dari salah seorang kawannya yang menyebutkan bahwa dalam akun sosial media Richard, salah satu dari tiga orang eks relawan, memperlihatkan bahwa dirinya tengah mengenakan baju dengan lambang partai politik yang dicurigai mendalangi aksinya.
Sing tadi, beberapa orang yang mengklaim bekas relawan Teman Ahok menyatakan berlaku curang dalam mengumpulkan KTP warga sebagai syarat dukungan untuk Basuki Tjahaja Purnama yang akan maju dalam Pilkada DKI Jakarta. Mereka juga menyatakan dibayar dalam mengumpulkan KTP itu, dan bukan sebagai relawan.
Salah seorang bekas relawan bernama Paulus mengatakan, target yang dicanangkan membuat dirinya sebagai penanggung jawab berusaha mendapatkan KTP dengan berbagai cara.
Misalnya ia menyebutkan, KTP didapat dari program Kartu Indonesia Sejahtera (KKS) yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, membeli dari kelurahan, hingga membeli dari gerai penjualan pulsa telepon seluler.
Paulus menyatakan, sebagai penanggung jawab ia dibayar Rp500 ribu setiap pekannya dengan target 140 KTP atau Rp2 juta per bulan. Namun jika ia mencapai target, ada tambahan honor sebesar Rp500 ribu.
"Total penanggung jawab ada 153 (orang)," kata Paulus.
(yul)