Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan menjamin keaslian vaksin yang ada di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit pemerintah. Vaksin-vaksin yang ada di tempat layanan kesehatan tersebut dijamin kasliannya karena didapat dari produsen dan distributor resmi.
"Jika anak anda mengkuti program pemerintah imunisasi dasar lengkap, pengadaanya oleh pemerintah didistribusikan ke dinas kesehatan hingga fasyankes (fasilitas layanan kesehatan). Jadi dijamin asli, manfaat dan keamanannya," demikian pernyataan Kementerian Kesehatan dalam akun twitter resmi @KemenkesRI.
Bagi masyarakat yang ragu tentang keaslian vaksin yang telah diberikan, disarankan imunisasi ulang seperti untuk vaksin DPT, polio, dan campak di fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenkes menduga, vaksin palsu yang beredar jumlahnya tidak lebih dari 1 persen. Vaksin palsu itu beredar di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. "Jumlah ini relatif kecil dibandingkan jumlah vaksin yang beredar di masyarakat".
Vaksin palsu diduga berisi cairan infus dan obat antibiotik (gentiacimin). Setiap imunisasi dosisnya 0,5 cc. Dilihat dari kandungan dan dosisnya, vaksin palsu ini dampaknya relatif dan membahayakan.
Jika memang berdampak buruk, efeknya akan terlihat tak lama setelah vaksin masuk ke tubuh, misalnya infeksi. "Jadi kalau sekian lama tidak mengalami infeksi setelah imunisasi, dapat dipastikan aman".
Kasus vaksi palsu kini tengah diungkap kepolisian. Sudah 13 orang jadi tersangka dengan peran yang berebeda-beda dari mulai pengedar hingga pembuat. Diperkirakan, vaksin palsu beredar di lima provinsi, termasuk DKI Jakarta.
Di Jakarta sendiri ditengarai ada empat rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu ini dan ada dua apotek yang menjualnya.
(sur)