Berisi Infus dan Antibiotik, Vaksin Palsu Dinilai Tak Bahaya

Suriyanto | CNN Indonesia
Senin, 27 Jun 2016 11:53 WIB
Infeksi memang bisa ditimbulkan setelah imunisasi karena proses pembuatan vaksin yang kurang baik.
Kadar obat dalam vaksin palsu dinilai tak membahayakan. (Dok. Istimewa via Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan meminta masyarakat tak terlalu khawatir soal penyebaran vaksin palsu. Selain jumlahnya yang relatif kecil dibandingkan vaksin asli, dosis dan kandung yang diduga ada dalam vaksin tersebut dinilai tak membahayakan.

Dalam keterangan tertulisnya, Kemenkes menyatakan, peredaran vaksin palsu tidak lebih dari 1 persen dari jumlah vaksin yang beredar. Peredarannya di tiga wilayah yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

"Dikabarkan isi vaksin palsu itu campuran antara cairan infus dan gentacimin (obat antibiotik) dan setiap imunisasi dosisnya 0,5 CC," demikian tertulis dalam keterangan tertulis yang dimuat dalam akun twitter @KemenkesRI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilihat dari kandungan isi dan dosis penggunaanya itu, vaksin palsu ini disebut relatif tak membahayakan penggunanya.

Namun bisa saja bisa berefek negatif karena vaksin dibuat dengan cara yang kurang baik. Efeknya bisa berupa infeksi yang gejalanya tampak tak lama setelah imunisasi.

"Jadi kalau sekian lama tak mengalami gejala infeksi setelah imunisasi, bisa dipastikan aman".

Kemenkes juga menjamin vaksin yang digunakan di posyandu, puskesmas, dan rumah sakit milik pemerintah asli. Vaksin yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan itu diperoleh dari produsen dan distributor resmi.

Kasus vaksi palsu kini tengah ditangani Bareskrim Polri. Sudah 13 orang jadi tersangka dengan peran yang berebeda-beda dari mulai pengedar hingga pembuat. Polisi memperkirakan vaksin palsu beredar di lima provinsi, termasuk DKI Jakarta.

Di Jakarta sendiri ditengarai ada empat rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu ini dan ada dua apotek yang menjualnya. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER