Okky Asokawati: Kemenkes Kecolongan dan Tak Empati ke Publik

Basuki Rahmat | CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2016 12:34 WIB
Okky mempertanyakan bagaimana bisa produksi vaksin ilegal luput dari CPOB yang izinnya harus diberikan oleh Kemenkes. Di sisi lain BPOM juga kecolongan.
Anggota Komisi IX DPR RI Okky Asokawati (kanan) sangat menyayangkan peran preventif dari Kemenkes dan BPOM yang tidak berjalan sehingga muncul kasus vaksin palsu. (CNN indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kalangan Komisi IX DPR yang mengurusi kesehatan sangat menyesalkan beredarnya vaksin palsu. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan dinilai telah kecolongan dan juga tak menunjukkan empatinya yang besar kepada masyarakat luas atas kasus tersebut.

“Untuk kasus vaksin palsu ini saya sangat menyayangkan peran preventif dari Kemenkes dan BPOM jelas tidak berjalan. Mekanisme CPOB yaitu cara pembuatan obat yang benar dan CDOB yakni cara distribusi obat yang benar sangat buruk,” ujar anggota Komisi IX Okky Asokawati kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/6).
Okky mempertanyakan bagaimana bisa produksi vaksin ilegal luput dari CPOB yang izinnya harus diberikan oleh Kemenkes. Di sisi lain BPOM selaku pihak pengawas bagi CDOB juga kecolongan.

“Fungi promotif dan preventif kesehatan tampaknya amat memprihatinkan dan belum dilakukan dengan baik oleh Kemenkes,” tutur politisi Partai Persatuan Pembangunan ini.
Okky menyatakan tindakan promotif dan preventif terkait CPOB dan CDOB harus ditingkatkan dan infrastruktur terkait pengadaan vaksin juga perlu segera ditingkatkan. Seperti misalnya masih banyak puskesmas yang belum memiliki cold chain yaitu tempat untuk menyimpan vaksin dengan baik dan benar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adanya menyangkut komentar Menkes yang mengatakan tidak perlu dicemaskan kasus vaksin palsu, menurut Okky pernyataan tersebut kurang tepat. “Hal itu menunjukkan Menkes tidak berempati kepada masyarakat,” ujarnya.

Menkes, kata Okky, harus meningkatkan rasa percaya diri para orang tua agar mau memvaksin anaknya. “Apalagi UCI (Universal Coverege Immunitation) sudah ditargetkan tercapai pada tahun 2019,” kata dia.
Anggota Komisi IX lainnya, Adang Sudrajat, menyatakan kejadian vaksin palsu yang ternyata sudah berlangsung lama itu merupakan pukulan keras pada dunia kesehatan Indonesia akan rapuhnya bangunan sistem kesehatan nasional.

“Pemerintah harus menata ulang mata rantai distribusi vaksin ini, sebab jika terus dibiarkan, akan berdampak pada kematian sia-sia baik jangka pendek maupun jangka panjang. Minimal menimbulkan adanya SDM berkualitas rendah akan kesehatan pada generasi-generasi dimasa yang akan datang,” tutur Adang dalam keterangannya, Selasa (28/6).
Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu menyatakan vaksin asli pun apabila fasilitas rantai distribusinya tidak memadai akan memberi dampak kesia-siaan akibat kerusakan yang terjadi pada vaksinnya.

“Apalagi jika yang diberikan adalah vaksin palsu, malah akan memberikan dampak keracunan terutama pada bayi yang tidak cocok atau alergi pada unsur senyawa tertentu,” tutur Adang yang merupakan dokter ini. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER