Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum bom bunuh diri meledak di Polresta Solo, Polisi mengaku telah mendeteksi adanya kemungkinan serangan teror. Namun informasi yang diterima tidak detail menyebut lokasi serangan.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Birgadir Jenderal Agus Rianto mengatakan, adanya potensi ancaman teror itu telah disebarkan ke seluruh petugas intelijen untuk diwaspadai.
"Pesan tersebut memang tidak jelas waktu dan tempatnya. Hanya warning bahwa akan ada aksi teror," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, kata Agus, polisi masih menyisir lokasi kejadian dan mengidentifikasi pelaku yang tewas bersama ledakan bom. Polisi juga berupaya mengembangkan jaringan pelaku untuk memungkinkan mencari mereka yang terlibat dalam aksi ini.
"Untuk identifikasi pelaku, bahan peledak, yang digunakan, masih dilakukan identifikasi," kata Agus.
Dugaan identitas pelaku berikut asal dan jaringan memang sudah tersebar. Namun Agus memastikan, Polri belum mengeluarkan pernyataan resmi soal identitas itu.
Petugas kepolisian diakui Agus memang jadi sasaran serangan kelompok radikal. Petugas kepolisian dinilai menjadi penghalang aksi kelompok teror.
Sebelumnya Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Teror Wawan Purwanto mengatakan, adanya ancamanan teror memang sudah tercium sejak beberapa waktu lalu saat kelompok teror di Surabaya di tangkap.
Kelompok yang menyatakan diri tergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) menyatakan akan menyerang saat Ramadan dan Lebaran.
Sebelumnya dalam pesan audio baru yang dirilis secara daring oleh kelompok militan ISIS Mei lalu, menyerukan para simpatisannya untuk menyerang. Namun disebutkan sasarannya saat itu adalah negara-negara barat, utamanya Amerika Serikat dan Eropa.
(sur)