Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku bom di Polresta Surakarta, Jawa Tengah diperkirakan kelompok yang berbaiat dengan negara Islam dan Suriah (ISIS). Mereka berpindah-pindah setelah dikejar Detasemen Khusus 88 Antiteror. Petugas kepolisian memang menjadi target kelompok ini.
Menurut Staf Ahli Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, adanya ancaman teror saat Ramadan sudah diduga sebelumnya. Kelompok pelaku terkait dengan kelompok teror yang ditangkap di Surabaya beberapa waktu.
"Kelompok ini yang bergabung di ISIS, yang berbaiat kepada mereka," kata Wawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/7).
Dalam penangkapan di Surabaya beberapa waktu lalu, diketahui ada rencana serangan saat Ramadan hingga Idul Fitri. Sasarannya adalah petugas kepolisian yang selama ini gencar memerangi teror. Namun tidak diketahui detail sasaran teror saat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ISIS menurut Wawan memang sejak beberapa waktu lalu berencana menggelar aksi teror saat Ramadan.
Pesan audio baru yang dirilis secara daring oleh kelompok militan ISIS Mei lalu menyerukan kepada para simpatisannya untuk menyerang. Namun disebutkan sasarannya saat itu adalah negara-negara barat, utamanya Amerika Serikat dan Eropa.
Wawan melanjutkan kelompok pelaku sebelum ditangkap di Surabaya sempat berbasis di Poso, Sulawesi tengah dan Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia menduga, karena masih terkait ISIS, kelompok ini masih terhubung dengan Santoso, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur yang belum tertangkap hingga kini.
Sementara itu polisi masih mencoba mengunkap identitas pelaku yang tewas bersama ledakan bom. Pelaku diidentifikasi berjenis kelamin pria, berusia sekitar 30 tahun.
Bom meledak tadi pagi di Polresta Solo yang dibawa pengendar sepeda motor. Pelaku tak berhenti saat hendak diperiksa petugas. Bom yang meledak tak lama kemudian menewaskan pelaku dan melukai seorang petugas kepolisian.
(sur)