Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menilai operator ruas Tol Pejagan belum berpengalaman mengelola jalan tol. Hal itu disebutnya menjadi salah satu penyebab kemacetan parah yang memakan korban jiwa beberapa hari yang lalu.
Sudaryatmo memaparkan beberapa catatan YLKI tentang arus mudik berdasarkan wawancara langsung dengan beberapa pemudik. Catatan itu, menurutnya, bisa dijadikan pertimbangan untuk mengatasi kemacetan saat arus balik.
Ia menyebutkan, ada dua penyebab parahnya kemacetan di pintu keluar tol Brebes Timur. Pertama, belum berpengalamannya Waskita Karya selaku operator tol dalam pengelolaan jalan tol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tol Brebes dikelola operator baru, Waskita Karya, yang belum berpengalaman di operasionalisasi jalan tol. (Operator) harus menghadapi situasi kemacetan angkutan Lebaran yang super ekstrim," kata Sudaryatmo kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (7/7).
Sebagai pemain baru, ada kegamangan dari Waskita Karya saat menghadapi lonjakan volume kendaraan pemudik. Sudaryatmo mengatakan, menghadapi situasi luar biasa saat puncak arus mudik lalu, pengelola tol berpengalaman seperti Jasa Marga saja belum tentu sanggup mengatasinya. "Traffic sangat ekstrim," ujarnya.
Bahkan operator tol Jasa Marga saja belum tentu sanggup mengatasi traffic yang sangat ekstrimSudaryatmo (Ketua Pengurus Harian YLKI) |
Catatan kedua, imbuh Sudaryatmo, Waskita Karya sangat kurang dalam memberikan informasi, khususnya tentang kapasitas jalan dan kapasitas pintu tol bila dibandingkan volume kendaraan. Padahal konsumen berhak mendapatkan informasi tersebut.
Sementara untuk kemacetan yang terjadi di ruas tol lain, Sudaryatmo menilai lebih disebabkan karena penerapan sistem buka tutup (contra flow) tidak diimbangi dengan jumlah petugas yang memadai.
"Dan perhitungan jumlah traffic ruas Tegal-Brebes berbuah malapetaka yang berupa traffic yang terkunci baik dari arah ke Brebes maupun ke Tegal," katanya.
Sama seperti catatan YLKI sebelumnya, petugas sangat minim dalam memberikan informasi tentang kondisi yang terjadi di lapangan, sehingga pemudik buta informasi.
Soal kemacetan parah di ruas tol Pejagan khususnya di pintu tol Brebes Timur, Direktorat Jenderal Perhubungan (Kemenhub) Pudji Hartanto Iskandar menyatakan, kemacetan parah disebabkan kurang siapnya infrastruktur jalan tol.
Ketika dihubungi CNNIndonesia.com kemarin, ia menjelaskan bahwa dalam kasus kemacetan di Brebes Timur, masalah utama terletak pada ketidaksiapan infrastruktur dalam menampung kendaraan yang membludak. Hal itu juga membuat kemacetan sulit diurai.
"Perhitungan dengan rekayasa lalu lintas jadi tidak sesuai," ujarnya.
Sementara itu Waskita Karya menilai kemacetan bisa terjadi bukan karena masalah di jalan tol. Ia mengatakan, tak ada masalah di jalan tol, termasuk masalah pembayaran di gerbang tol. Menurutnya, titik macet berada di jalur arteri.
“Macet terjadi karena keluar arteri sendiri sudah macet,” kata Direktur Utama Waskita Karya M. Choliq.
Ia menambahkan, pintu keluar tol Brebes Timur sebenarnya bukanlah pintu keluar utama, melainkan salah satu pintu keluar menuju ke kota. "Kalau tol disebut bikin macet, tutup saja tolnya," ujarnya.
Kemacetan ini, ucap Choliq, terjadi karena adanya pertemuan ruas arteri yang merupakan jalan nasional. Ruas jalan tersebut dianggap tak kuat menampung volume kendaraan yang besar saat mudik.
"Yang enggak mampu (menampung kendaraan) itu jalan arteri karena (jalannya) kecil," katanya.
Kemacetan panjang di pintu keluar Brebes ini dinilai karena tak adanya area istirahat yang membuat pemudik sulit mencari BBM dan istirahat. Menanggapi hal ini, ketiadaan area istirahat (rest area) dianggap wajar karena pintu keluar ini bukanlah jalur keluar utama.
Kemacetan diklaim akan mudah terurai jika tol menuju Semarang sudah selesai dibangun.
(sur)