Jakarta, CNN Indonesia -- Penyidik Badan Reserse Kriminal Polri menyebut ada 14 rumah sakit di Indonesia yang terindikasi menerima vaksin palsu.
"Kalau rumah sakit negeri tidak ada. Ada 14 ya (jumlahnya)," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Brigadir Jenderal Agung Setya di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (12/7).
Walau demikian, Agung masih belum mau merinci rumah sakit mana saja yang dia maksud. Dia hanya mengatakan lokasi belasan fasilitas kesehatan tersebut berada di Pulau Jawa dan Sumatra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pendalamannya, penyidik berfokus dari daerah seputar Jakarta telebih dahulu, baru ke daerah-daerah lain.
"Ini masih kami lakukan pendalaman. Sudah ada 19 saksi, tiga saksi ahli, yang lain masih proses pemanggilan," kata Agung.
Ketika ditanya apakah rumah sakit itu sudah bisa dipastikan melanggar aturan, dia menyerahkan sepenuhnya kepada Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan BPOM telah melaporkan hasil invetigasi atas peredaran vaksin palsu ke Badan Reserse Kriminal Polri. Ia menyebut ada sampel vaksin dari 37 fasilitas kesehatan di sembilan provinsi.
Namun karena alasan penyelidikan, dia enggan menjelaskan secara rinci hasil investigasi tersebut. Ia juga menolak memastikan bahwa seluruh fasilitas kesehatan tersebut menggunakan vaksin palsu.
"Karena kepentingan penyelidikan, kami tidak mau mengganggu, Bareskrim Polri memerlukan (data investigasi tersebut). Ini harus tuntas hingga ke akarnya," ujarnya.
Kemenkes juga tidak bisa langsung memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang terbukti menggunakan vaksin palsu. Karena keberadaan vaksin palsu bisa disebabkan oleh perbuatan oknum.
"Teguran dulu, kami lihat kesalahannya. apakah oknum atau manajemen," ujar Nila
Selain penyebarannya yang sudah terdeteksi hingga Sumatra, polisi mengungkapkan satu pelaku saja bisa memakan ratusan korban.
Menurut Agung, salah satu pelaku yang berada di Ciracas, Jakarta Timur diketahui telah mengakibatkan 197 bayi terpapar vaksin palsu. Diketahui, pelaku tersebut berinisial ME.
ME adalah seorang tenaga medis yang juga pemilik klinik yang beroperasi sejak 2010. Selain dia, penyidik juga telah menetapkan 17 orang lain dari beberapa rantai distribusi sebagai tersangka.
"(Tindak lanjut 197 korban) nanti dari Kemenkes. Bisa ditanyakan ke sana. Mulai minggu depan kita mulai bergerak untuk penanganan," kata Agung.
(obs)